ISLAMTODAY ID-Pihak berwenang Taliban menuduh Amerika Serikat telah merampas aset Afghanistan setelah Washington mengungkapkan rencana untuk membentuk dana eksternal dalam mengelola USD 3,5 miliar dari cadangan nasional yang disita.
“Aset rakyat Afghanistan telah dirampas oleh Amerika Serikat,” ujar juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada kantor berita AFP.
“Kami menganggapnya sebagai invasi terhadap properti warga Afghanistan,” ungkapnya, seperti dilansir dari
TRTWorld, Jumat (16/9).
“Amerika Serikat bukan pemilik aset ini.”
Dia menuntut agar dana tersebut dikeluarkan “tanpa syarat apapun”.
Konfirmasi Washington pada hari Rabu (14/9) datang beberapa hari setelah laporan eksklusif TRT World mengungkapkan rencana AS untuk menyimpan dana Afghanistan di Bank of International Settlements dan yang didistribusikan di bawah sistem pemantauan pihak ketiga.
Ketika Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu, AS membekukan aset bank sentral senilai USD7 miliar, memperburuk krisis kemiskinan yang disebabkan oleh runtuhnya rezim lama dan penangguhan bantuan asing.
Awal tahun ini Presiden AS Joe Biden mengungkapkan rencana untuk membagi uang tunai.
Setengahnya dana untuk bantuan ke Afghanistan dan sisanya untuk para korban serangan teror 9/11 yang memicu invasi pimpinan AS.
Sejak itu para pemimpin baru Kabul telah merayu Washington untuk membuka bantuan tunai karena Afghanistan telah dilanda krisis pangan musim dingin, jatuhnya ekonomi dan gempa bumi yang menghancurkan.
Tetapi pada hari Rabu (14/9), AS mengatakan USD 3,5 miliar akan disimpan dalam dana yang dikelola secara profesional, karena tidak mempercayai kepemimpinan Taliban dengan uang negara.
Kalim ‘Usaha Ilegal’
Dana Afghanistan baru, yang berbasis di Jenewa, tidak akan memberikan bantuan kemanusiaan tetapi akan bertanggung jawab atas fungsi-fungsi inti bank sentral seperti membayar tunggakan internasional Afghanistan, impor listriknya, dan berpotensi untuk kebutuhan seperti mencetak mata uang.
Sejak akhir intervensi militer 20 tahun, AS dan negara-negara lain telah bergulat dengan bagaimana menyalurkan bantuan ke Afghanistan tanpa melalui Taliban.
“Saat ini tidak ada lembaga di Afghanistan yang dapat menjamin bahwa dana ini akan digunakan hanya untuk kepentingan rakyat Afghanistan,” tulis Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo dalam sebuah surat kepada pusat negara itu, Da Afghanistan Bank (DAB), Rabu.
“Sampai kondisi ini terpenuhi, pengiriman aset ke DAB akan menempatkan mereka pada risiko yang tidak dapat diterima dan membahayakan mereka sebagai sumber dukungan bagi rakyat Afghanistan,” ungkap surat yang diperoleh AFP.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan pada Kamis (15/9) malam memperingatkan agar tidak mengucurkan cadangan untuk tujuan selain mencapai stabilitas ekonomi.
“Imarah Islam akan dipaksa untuk mengenakan denda dan melarang kegiatan semua individu, institusi, dan perusahaan yang memfasilitasi usaha ilegal ini dan berusaha menyalahgunakan cadangan bank sentral untuk tujuan kemanusiaan dan lainnya,” ungkapnya.
DAB juga mengkritik rencana untuk menyimpan cadangannya di Swiss.
Pihaknya mengatakan bahwa langkah tersebut tidak dapat diterima apabila menggunakan dana selain untuk kegiatan ekonomi yang sah seperti menstabilkan pasar uang dan memfasilitasi perdagangan.
(Resa/TRTWorld)