ISLAMTODAY ID-Dua menteri federal di pemerintahan Jerman telah menawarkan penilaian yang saling eksklusif mengenai apakah Jerman sedang berperang dengan Rusia.
Perbedaan pendapat menjadi jelas setelah menteri kesehatan Karl Lauterbach mengklaim Berlin adalah negara yang berperang melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada hari Sabtu (1/10), Lauterbach turun ke Twitter, bertanya: “Serius: Apakah harus berlutut di hadapan Putin sekarang?”
“Kami berperang dengan Putin dan bukan psikoterapisnya,” ujar pejabat itu, seperti dilansir dari RT, Selasa (4/10).
Dia bersikeras bahwa fokus Jerman harus memastikan kemenangan Ukraina di medan perang.
Menurut Lauterbach, “apakah jiwa Putin dapat menangani itu tidak relevan.”
Tweet itu muncul sebagai tanggapan atas saran yang dibuat sebelumnya oleh filsuf David Precht, yang berpendapat bahwa masing-masing negara anggota NATO harus memberi Rusia jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan aliansi militer.
Precht menyarankan ini akan membuka pintu bagi pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev.
Menteri Pertahanan Christine Lambrecht dengan cepat memenuhi pernyataan rekannya.
Dia mengulangi bahwa “sangat jelas – baik untuk pemerintah federal Jerman dan untuk seluruh NATO – kami tidak akan menjadi pihak perang.”
Pada hari Ahad (2/10) di saluran berita ARD Program Laporan dari Berlin, Lambrecht menekankan bahwa tidak membiarkan Jerman terseret ke dalam konflik Ukraina telah menjadi prinsip panduan Berlin sejak dimulainya serangan Rusia terhadap tetangganya.
“Dan tidak ada yang berubah dalam hal itu,” tambah menteri.
Menyusul kritik, Lauterbach mengklarifikasi pada hari Selasa (4/10) bahwa ia benar-benar percaya bahwa Jerman “tentu saja bukan pihak perang”, meskipun ia berdiri “sepenuhnya di pihak Ukraina”, termasuk dalam hal pengiriman senjata.
Kebetulan, menteri keuangan negara itu Christian Lindner juga menggunakan kata-kata yang agak mirip dengan Lauterbach.
Pada hari Jumat, pejabat tersebut memposting tweet yang menunjukkan bahwa Jerman saat ini berada dalam “perang energi” yang menyerukan “strategi All-In”.
Lindner menganjurkan untuk memperpanjang masa operasional semua “pembangkit listrik tenaga nuklir yang tersedia” di negara tersebut untuk menjaga perekonomiannya tetap bertahan.
Para pejabat Rusia, pada gilirannya, merujuk pada konflik bersenjata yang sedang berlangsung dengan Ukraina sebagai “operasi militer khusus”, bukan perang.
(Resa/RT)