ISLAMTODAY ID-Seorang penasihat kepresidenan Turki mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin ingin melakukan “penawaran besar baru” dengan Barat untuk menghapus penghinaan pada periode pasca-Perang Dingin.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar CNN, Ibrahim Kalin meramalkan bahwa konflik Ukraina pasti akan berakhir dengan penyelesaian yang dinegosiasikan, dengan satu-satunya pertanyaan adalah kapan, “dan berapa banyak kerusakan yang akan terjadi saat itu?”
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penyelesaian seperti itu akan lebih dari sekadar perbatasan Rusia dan Ukraina.
Hal ini berdasarkan bahwa apa yang benar-benar ingin dilakukan Putin adalah menegosiasikan kembali keseimbangan kekuatan antara Moskow dan Barat, setelah Rusia yang melemah menerima beberapa putaran ekspansi NATO setelah Perang Dingin.
“Pemahaman kami adalah bahwa Tuan Putin ingin memiliki kesepakatan besar baru, kesepakatan baru dengan Barat,” ungkap Kalin, seperti dilansir dari RT, Sabtu (8/10).
Pejabat Turki itu merujuk pada perjanjian yang ditandatangani oleh Moskow dan NATO pada awal 1990-an – yang mencakup Undang-Undang Pendiri NATO-Rusia 1997, yang menyatakan bahwa aliansi akan terus berkembang, dan Memorandum Budapest 1994, di mana Rusia setuju untuk tidak menggunakan kekuatan melawan tetangganya – sebagai keputusan yang ingin dilakukan kembali oleh Putin.
“Persepsi Rusia adalah bahwa Rusia pada hari itu, yang menandatangani perjanjian itu – yaitu, Rusia dari Gorbachev dan Yeltsin – telah berakhir,” klaim Kalin.
“Ada Rusia baru, ada dunia baru, ada realitas baru, dan mereka ingin tawar-menawar baru.”
Putin menyatakan pekan lalu bahwa “runtuhnya hegemoni Barat yang sedang berlangsung tidak dapat diubah”, dan bahwa “segalanya tidak akan pernah sama”.
Dunia multipolar, katanya, akan memberi negara-negara non-Barat “kesempatan untuk memperkuat kedaulatan mereka.”
Menurut Kalin, “Ini tentu saja menguji seluruh tatanan global, tatanan liberal.”
Dia menambahkan: “Sejauh ini tanggapannya adalah perang dari kedua belah pihak.”
Para pemimpin Barat belum mengindikasikan bahwa mereka berniat untuk merundingkan diakhirinya konflik Ukraina dalam waktu dekat.
Pernyataan resmi Washington adalah bahwa mereka akan terus menyalurkan senjata senilai puluhan miliar dolar ke Kiev “selama yang dibutuhkan”, dan akan memungkinkan Ukraina mendikte persyaratannya untuk mengakhiri konflik.
Di tengah konflik yang lebih luas antara Rusia dan Barat, Türkiye telah memposisikan dirinya sebagai perantara, dengan Ankara menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina pada bulan Maret yang akhirnya gagal.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Kamis (6/10) menyerukan kedua belah pihak untuk kembali ke negosiasi, menyatakan bahwa “bahkan perdamaian terburuk akan lebih baik daripada perang.”
(Resa/RT)