ISLAMTODAY ID-Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengecam komentar “tidak dapat diterima” dari pemimpin Prancis Emmanuel Macron tentang konflik selama beberapa dekade antara Baku dan Yerevan.
Pernyataan pemimpin Prancis itu “menunjukkan kurangnya pemahaman tentang jalannya konflik,” ungkap Putin pada hari Jumat dalam pertemuan para pemimpin anggota Persemakmuran Negara-Negara Merdeka di Kazakhstan.
Dia menambahkan bahwa tuduhan Macron “terdengar tidak benar” dan “tidak dapat diterima”.
“Akan ada kesempatan” untuk “membahas” hal ini dengan Macron, kata Putin sambil juga mengundang para pemimpin Armenia dan Azerbaijan ke Rusia untuk melakukan pembicaraan “kapan saja, di mana saja”.
“Rusia selalu dengan tulus berusaha menyelesaikan konflik apa pun, termasuk masalah yang berkaitan dengan Karabakh,” ungkapnya, seperti dilansir dari TRTWorld, Jumat (14/10)
Komentar Macron
Dalam komentarnya kepada televisi Prancis pada hari Rabu (12/10), Macron menuduh Rusia “mengoyahkan” dan “berusaha menciptakan kekacauan” di Kaukasus.
Macron juga menuduh Azerbaijan meluncurkan “perang yang mengerikan, dengan banyak kematian, adegan mengerikan”.
Baru-baru ini, “Azerbaijan telah melancarkan beberapa serangan di sepanjang perbatasan (dengan Armenia). Kami telah mengutuk mereka. Kami tidak akan meninggalkan orang-orang Armenia,” ungkapnya.
Aliyev bereaksi dengan marah pada hari Jumat (14/10), dengan mengatakan Macron “muncul dengan pernyataan yang menghina, tidak dapat diterima, salah dan provokatif”.
“Kami tidak melihat kemungkinan lebih lanjut bagi Prancis untuk memainkan peran apa pun dalam proses normalisasi hubungan Azerbaijan-Armenia,” ungkapnya.
Hubungan antara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan telah tegang sejak tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pada musim gugur 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan lebih dari 300 pemukiman dan desa yang berada di bawah pendudukan Armenia.
Pertempuran berakhir dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia setelah Armenia menerima kekalahan.
Ketegangan berkobar lagi baru-baru ini, ketika 200 tentara Armenia dan 80 personel Azerbaijan tewas dalam gejolak bulan lalu yang berakhir dengan gencatan senjata yang disambut luas oleh masyarakat internasional.
(Resa/TRTWorld)