ISLAMTODAY ID-Pada 3 November, Raja Yordania Abdullah II bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk menekankan pentingnya menstabilkan Suriah melalui penyatuan tanah dan rakyat, serta menjamin kembalinya para pengungsi dengan aman.
Dalam pertemuan tersebut, raja Yordania menyoroti beberapa beban yang terus dihadapi Yordania akibat perang di Suriah, termasuk berbagai upaya penyelundupan narkoba.
Keduanya juga membahas perkembangan regional dan meninjau hubungan bilateral antara Amman dan Moskow dan membahas strategi potensial untuk menyelesaikan perang Rusia-Ukraina.
Kedua belah pihak juga membahas topik Palestina, untuk menentukan strategi negosiasi yang efektif demi mencapai perdamaian dan mencapai solusi dua negara.
Raja juga menegaskan kembali posisinya dalam melindungi tempat-tempat suci Kristen dan Islam di Yerusalem timur yang diduduki.
“Pembicaraan dengan pejabat Yordania berfokus pada menekan isu-isu internasional dan regional, khususnya Ukraina, Suriah, pemukiman Israel-Palestina, Irak dan Teluk, serta masalah bilateral,” ungkap laporan Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (3/11).
Pertemuan ini adalah bagian dari tur Lavrov ke Asia Barat, selain itu, ia diharapkan untuk melakukan perjalanan ke UEA, salah satu mitra utama Rusia dalam blok OPEC+.
Tahun lalu, Moskow telah membantu menengahi pemulihan hubungan antara Yordania dan Suriah, yang berpuncak pada panggilan telepon antara Raja Abdullah dan Presiden Bashar al-Assad pada Oktober 2021.
Rusia tetap menjadi salah satu sekutu terdekat Suriah dalam perang melawan kelompok-kelompok ekstremis sejak tahun 2015.
Moskow juga mensponsori perjanjian gencatan senjata dan rekonsiliasi antara kelompok bersenjata di provinsi Deraa selatan dan Damaskus, yang memungkinkan ribuan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka dan pembukaan kembali perbatasan Jaber-Nassib setelah pemberontak meletakkan senjata mereka.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, gelombang pembunuhan, penculikan, dan serangan bom pinggir jalan terhadap pejabat pemerintah dan mantan militan yang mendukung perjanjian rekonsiliasi telah melanda wilayah perbatasan dengan Yordania.
Hal tersebut mengakibatkan kematian dan cedera ratusan warga Suriah.
(Resa/The Cradle)