ISLAMTODAY ID-Pemimpin negara Afrika Timur itu menjelaskan bahwa strategi luar negeri Tanzania saat ini diadopsi 20 tahun lalu dan perlu penyesuaian kembali karena “perubahan yang sedang dialami dunia.”
Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan mengumumkan amandemen kebijakan luar negeri negaranya di tengah perubahan politik, sosial dan ekonomi di dunia dan upaya negara adidaya untuk menyeret Afrika ke dalam “politik yang memilukan” mereka.
“Kebijakan luar negeri kita harus mengatasi hal ini karena saat ini kita sedang mengalami kebangkitan politik yang memilukan antara negara-negara adidaya, yang ingin menyeret negara-negara Afrika ke dalam konflik mereka… Kita juga perlu melihat dampak global yang dihasilkan dari konflik semacam itu pada mata uang, energi dan ketahanan pangan,” ungkap pemimpin negara itu, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (21/11).
Presiden juga menyatakan bahwa ekonomi global sedang mengalami pergeseran kegiatan ekonomi utamanya ke Asia yang saat ini menyumbang sekitar 40 persen dari produksi dunia.
“Baik bagi kami untuk mendiskusikan bagaimana kami dapat bersaing dan bagaimana kami dapat memperoleh manfaat [dari perubahan ini],” ujarnya.
Dia mengatakan kepada para utusan bahwa mereka harus memikirkan bagaimana Tanzania dapat mengambil manfaat dari kebangkitan ekonomi Asia.
“Tolong bagikan pemikiran Anda tentang strategi yang akan memungkinkan Tanzania untuk berpartisipasi dalam forum semacam itu dan mendapat untung besar dari apa yang akan ditawarkan ke negara kita. Namun, strategi kita juga harus sejalan dengan African Continental Free Trade Area (AfCFTA),” desaknya.
Kepala negara menekankan bahwa perubahan “juga harus mencerminkan apa yang terjadi di dalam blok Afrika Timur”, yang telah berkembang dari lima anggota menjadi tujuh setelah penerimaan Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo (DRC) baru-baru ini.
Selain itu, Suluhu menggarisbawahi komitmen negara untuk penerapan ekonomi biru – pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
“Ini adalah kosakata baru, dan kita perlu membawanya bersama kita, di mana pun kita berada; kita perlu menjualnya; kita perlu memiliki beberapa mekanisme untuk menerapkan ekonomi biru,” jelasnya.
Suluhu juga berbicara tentang diaspora Tanzania di negara lain yang kontribusinya terhadap perekonomian negara diperkirakan meningkat dari $400 juta pada tahun 2020 menjadi $569,3 juta pada tahun 2022.
“Hal lain yang saya ingin masukan dari Anda adalah masalah Tanzania Diaspora. Kita harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keterlibatan mereka, sehingga secara efektif berkontribusi pada pembangunan politik, sosial ekonomi, dan budaya negara, serta kesejahteraan mereka di negara domisili masing-masing,” ungkap Presiden.
Presiden juga menunjukkan bahwa bahasa Swahili adalah bahasa yang berkembang pesat dengan jumlah penutur yang berkembang pesat.
Diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta penutur di lebih dari 14 negara.
Khususnya, diskusi tentang kebijakan luar negeri baru Tanzania diadakan di hadapan 45 utusan Tanzania yang mewakili berbagai negara di luar negeri.
Awal bulan ini, Samia Suluhu Hassan melakukan kunjungan kenegaraan ke China.
Menurut pernyataan bersama berdasarkan hasil kunjungan tersebut, kedua negara sepakat untuk mempromosikan kerja sama saling melengkapi industri dan kapasitas produksi, dengan fokus pada pengembangan energi dan mineral, pengolahan dan manufaktur, pembangunan hijau, dan ekonomi digital.
Selain itu, China menandai rencananya untuk membantu Tanzania dalam mengembangkan infrastruktur dan perdagangan maritim.
Menurut juru bicara pemerintah Tanzania, selain kesepakatan lain di sektor pertanian dan transportasi, kedua negara juga menyepakati transportasi alpukat, senilai $56,72 juta, perluasan Bandara Zanzibar yang didanai China, dan bantuan keuangan senilai 100 juta yuan ($13,9 juta).
Selain mengembangkan hubungan bilateral dengan negara-negara Asia, presiden Tanzania sedang mengupayakan peningkatan kerja sama regional, termasuk di bidang pertahanan.
Khususnya, pada akhir September, Tanzania dan Mozambik menandatangani kesepakatan untuk kerja sama keamanan dan pertahanan bersama.
Kesepakatan itu difokuskan untuk menangani pemberontakan Islam di perbatasan bersama mereka.
Selain itu, pada awal Oktober, Samia Suluhu dan presiden Kenya William Ruto setuju untuk mempercepat pembangunan pipa gas baru yang menghubungkan kota pelabuhan Dar es Salaam di Tanzania ke Mombasa, pelabuhan utama Kenya.
Pipa tersebut akan memungkinkan Tanzania untuk mengangkut gasnya ke Kenya dan memberikan kemungkinan untuk digunakan lebih lanjut untuk pembangkit listrik, memasak, dan pemanas.
(Resa/Sputniknews)