ISLAMTODAY ID-Israel dan Maroko umumkan dimulainya kembali perjanjian diplomatik pada Desember 2020.
Pada 6 Desember, NewMed Energy Israel mengumumkan penandatanganan perjanjian dengan Adarco Energy dan Kantor Hidrokarbon dan Pertambangan Nasional Maroko.
Menurut Middle East Monitor perjanjian ini untuk melisensikan eksplorasi dan produksi gas alam lepas pantai di kerajaan Afrika Utara.
Berdasarkan ketentuan perjanjian, NewMed dan Adarco masing-masing akan memegang 37,5% saham dalam lisensi eksplorasi Boujdour Atlantique, yang terletak di lepas pantai Maroko di Samudra Atlantik.
Menurut Morocco World News, Kantor Hidrokarbon dan Pertambangan Nasional Maroko akan memegang 25% sisanya.
“Kami telah lama mengidentifikasi potensi besar di Maroko, dan pengumuman hari ini adalah bagian dari langkah strategis luas yang akan menjadikan NewMed Energy sebagai agen energi terkemuka di wilayah Mediterania Timur dan Afrika Utara,” ungkap Yossi Abu, CEO NewMed, seperti dilansir dari The Cradle, Rabu (7/12).
Perjanjian tersebut masih perlu disetujui oleh Kementerian Transisi Energi dan Pembangunan Berkelanjutan Maroko dan Kementerian Keuangan.
Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel pada Desember 2020 setelah UEA dan Bahrain menandatangani Abraham Accords pada Agustus 2020.
Langkah tersebut membuka hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab.
Namun, partai politik dan aktivis Maroko telah menolak normalisasi hubungan dengan Israel dan mengadakan banyak protes menentang langkah tersebut.
Pada 29 November, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota besar dan kecil di seluruh Maroko untuk memprotes hubungan yang semakin erat antara Rabat dan Tel Aviv.
Protes yang diselenggarakan oleh koalisi aktivis di bawah bendera “Front Maroko untuk Mendukung Palestina dan Melawan Normalisasi”, menarik banyak orang di kota Oujda, Berkane, Ben Slimane, Beni-Mellal, dan Oulad Teima.
Para pengunjuk rasa, yang meneriakkan slogan-slogan anti-Israel, mengutuk peningkatan kerja sama pemerintah mereka dengan Tel Aviv.
Mereka mengatakan tidak dapat diterima bagi negara Arab mana pun untuk menormalisasi hubungan dengan Israel saat menduduki tanah Palestina.
Kemarahan telah membara di Maroko sejak Agustus 2020 ketika para pemimpin negara itu bergabung dengan negara-negara Arab lainnya yang dipimpin oleh Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah apa yang disebut Abraham Accords.
(Resa/The Cradle)