ISLAMTODAY ID-Kosovo desak intervensi NATO setelah ketegangan perbatasan akhir pekan dengan Serbia meledak menjadi bentrokan.
Tragedi tersebut mengakibatkan baku tembak langka di perbatasan.
Orang Serbia mulai beberapa hari yang lalu mulai membuat barikade di jalan utama di sepanjang perbatasan Kosovo-Serbia, menciptakan kemacetan dan kekacauan di wilayah Kosovo utara.
Selama berbulan-bulan telah terjadi bentrok terus-menerus antara polisi Kosovar dan geng kriminal yang terdiri dari warga negara Serbia dengan tujuan membatasi “kebebasan bergerak”.
Istilah “geng kriminal” tersebut dicetuskan oleh Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti.
Inti dari konflik adalah penegakan undang-undang Kosovo yang melarang pelat nomor kendaraan Serbia.
BBC melaporkan ketegangan telah meledak menjadi konflik bersenjata antara polisi dan kelompok Serbia: “Polisi Kosovo mengatakan bahwa mereka diserang di berbagai lokasi dekat danau yang berbatasan dengan Serbia pada Sabtu malam, dengan petugas membalas tembakan untuk membela diri,” menurut laporan tersebut. .
“Kosovo mengerahkan polisi ke wilayah mayoritas Serbia – yang tidak mengakui pemerintah Kosovo di ibu kota Pristina – pada akhir pekan lalu,” lanjut BBC, seperti dilansir dari ZeroHedge, Senin (12/12).
Katalisator untuk gejolak terbaru dalam ketegangan perbatasan ini adalah penangkapan mantan polisi Serbia populer Dejan Pantic oleh Kosovo.
Di tengah beberapa kekacauan akhir pekan, granat kejut dilemparkan ke mobil EULEX (yang merupakan singkatan dari misi Uni Eropa di Kosovo) tetapi tidak mengakibatkan cedera.
Kosovo menuduh mantan polisi Serbia yang kini ditahan itu “melakukan aksi teroris dan menyerang tatanan konstitusional.”
Selama konferensi pers hari Ahad (11/12), PM Kosovo Kurti meminta Pasukan Kosovo (KFOR), pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin NATO, untuk campur tangan dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian untuk memadamkan kekerasan.
Sekitar 6% dari 1,8 juta penduduk Kosovo adalah orang Serbia.
BBC menunjukkan sehubungan dengan 4.000 pasukan multinasional yang membentuk kehadiran KFOR selama dua dekade terakhir sejak akhir Perang besar Yugoslavia: “Pihak berwenang di Beograd mengandalkan KFOR untuk menjamin keamanan Kosovo-Serbia. Mereka takut akan terulangnya kekerasan pada tahun 2004 yang mengakibatkan kematian lebih dari selusin orang Serbia, ratusan lainnya luka-luka, dan pemindahan ribuan keluarga Serbia.”
Kehadiran pasukan penjaga perdamaian juga telah lama mencegah Tentara Serbia dari tindakan ofensif apa pun di Kosovo, yang secara kontroversial diakui sebagai negara di bawah pemerintahan George W. Bush.
Sementara itu, para diplomat Eropa berebut untuk penyelesaian krisis secara damai, mengingat risiko terus-menerus bahwa bentrokan perbatasan dapat berubah menjadi konflik besar.
“Saya tahu bahwa dua pihak bersedia untuk mengurangi ketegangan dan saya sangat menyerukan kepada mereka berdua untuk melakukannya, tetapi dalam kasus ini saya berhubungan dengan Perdana Menteri [Kosovo] [Albin] Kurti, Miroslav Lajcak berhubungan dengan Presiden [Aleskandar] Vucic di Serbia,” ungkap Borrell di Dewan Urusan Luar Negeri UE di Brussel.
Kepala kebijakan luar negeri UE juga mendesak Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan PM Kosovo Kurti untuk segera melakukan dialog mengenai eskalasi.
Selama dewan keamanan nasional Serbia yang bersidang di bawah Vucic pada hari Ahad (11/12), dia mengatakan akan mempertimbangkan permintaan pengiriman pasukan nasional ke Kosovo untuk melindungi minoritas Serbia.
Meskipun tidak mungkin, konfrontasi seperti itu kemungkinan besar akan memicu perang.
(Resa/ZeroHedge)