ISLAMTODAY ID-Intelijen dan polisi Turki menahan 44 tersangka yang diyakini bekerja untuk dinas intelijen Mossad Israel sebagai mata-matai warga Palestina yang tinggal di Turki.
Harian Turki Sabah beberkan para tersangka telah berpura-pura bekerja sebagai konsultan swasta.
Akan tetapi, misi sebenarnya adalah memantau warga Palestina dan kelompok serta LSM yang dioperasikan Palestina.
Laporan tersebut menambahkan bahwa orang-orang tersebut dibayar oleh Mossad untuk memata-matai target Palestina dan menyerahkan informasi dan data pribadi kepada Israel.
Sabah mengatakan pengadilan Istanbul secara resmi telah menangkap 7 tersangka, 13 buronan dan sisanya sedang diinterogasi oleh divisi anti-teror kepolisian Istanbul.
Menurut harian itu, salah satu tersangka utama yang diidentifikasi sebagai IY, mendirikan asosiasi detektif swasta di Turki pada pertengahan tahun 2000-an dan sekarang menjalankan perusahaan detektif swastanya sendiri.
Dilansir dari MEE, Rabu (14/12), Turki dan Israel memutuskan untuk sepenuhnya memulihkan hubungan diplomatik mereka awal tahun ini setelah bertahun-tahun ketegangan terkait serangkaian masalah.
Kerja sama intelijen dan sejumlah perkembangan regional membantu mendekatkan kedua negara, dan pada Agustus mereka saling menunjuk duta besar.
Pada bulan September, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan perdana menteri Israel yang keluar, Yair Lapid, di New York.
Langkah tersebut merupakan pertemuan pertamanya dengan seorang perdana menteri Israel sejak 2008, ketika Ehud Olmert mengunjungi Ankara.
Erdogan juga mengatakan bulan lalu bahwa dia berencana untuk mengunjungi Israel setelah pemilu 1 November dan bahwa Turki akan menjaga hubungan baik, berdasarkan kepentingan bersama, apa pun hasil pemilu tersebut.
Namun, gesekan tetap terjadi karena Turki menjadi tuan rumah beberapa pemimpin kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Israel telah lama menuntut pengusiran para pemimpin Hamas sebagai prasyarat pemulihan hubungan, tetapi akhirnya membatalkannya.
Pejabat Turki mengatakan sebagian besar pemimpin Hamas di negara itu berada di sana karena kesepakatan pertukaran tahanan Israel sendiri, di mana warga Palestina yang dibebaskan dikirim ke Turki dan Qatar.
Pada Oktober 2021, badan intelijen Turki MIT menangkap 15 pria yang dituduh menjadi mata-mata Mossad, termasuk warga Palestina yang hilang selama sebulan.
Dua orang yang mengetahui penangkapan Oktober 2021 mengatakan kepada MEE bahwa orang-orang itu ditangkap atas tuduhan “spionase dan bekerja untuk Mossad dalam mengumpulkan informasi tentang warga Palestina yang tinggal di Turki”.
Sumber tersebut menambahkan bahwa warga Palestina dan Suriah termasuk di antara mereka yang ditangkap pada tahun 2021, dan mereka ditugaskan untuk “mengumpulkan informasi tentang pejabat Turki dan mahasiswa Palestina di dalam Turki”.
(Resa/MEE)