ISLAMTODAY ID-Dalam kolom MEE, Farid Hafez menuduh intelijen Austria menggunakan ‘teori konspirasi’ untuk menargetkan Muslim.
Badan intelijen Austria masih memandang Islam politik sebagai ancaman bagi negara.
Lebih lanjut, akademisi Austria Farid Hafez memperingatkan dalam kolom baru pada hari Selasa (17/1/2023), beberapa hari setelah dia dibebaskan dari tuduhan “terorisme” atas karyanya tentang Islamofobia.
Pada Rabu (11/1/2023) lalu, Pengadilan Daerah Tinggi Graz, kota terbesar kedua di Austria, mencabut dakwaan terhadap Hafez dan memutuskan bahwa tidak ada bukti yang diberikan dalam tuduhan tersebut.
Dalam sebuah artikel untuk Middle East Eye, Hafez mengatakan dia merasa lega tetapi tetap khawatir dengan meningkatnya Islamofobia di Eropa dan Austria.
“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan atas nama dinas intelijen Austria,” ungkap Hafez, seperti dilansir dari MEE, Selasa (17/1/2023).
Lebih lanjut, dia memperingatkan bahwa mereka dipersiapkan oleh para ahli yang menyebarkan teori konspirasi untuk menggambarkan ancaman langsung Muslim.
Hafez, seorang profesor di Universitas Salzburg, termasuk di antara sekitar 60 keluarga aktivis dan akademisi Muslim yang digerebek pada November 2020 dalam apa yang disebut menteri dalam negeri Austria sebagai “Operasi Luxor”.
Hafez menulis bahwa “pasukan khusus polisi Austria menyerbu rumah saya di Wina pada pukul 5 pagi, mereka memberi saya surat perintah penggeledahan yang menyatakan bahwa saya bisa menjadi teroris yang ingin menggulingkan pemerintah Mesir dan menciptakan kekhalifahan dunia. Saya sangat terkejut, sebetulnya”
“Penggerebekan itu membuat seluruh keluarga saya, terutama anak-anak saya yang masih kecil, trauma. Saya terus-menerus merasa tidak aman karena penyadapan telepon saya dan tindakan pengawasan lainnya. Rekening bank dan aset saya dibekukan selama dua tahun,” ujarnya.
Profesor tersebut mengatakan bahwa dinas keamanan Austria memperlakukan karya akademisnya tentang Islamofobia dengan kecurigaan.
“Laporan rutin badan intelijen yang menguraikan mengapa saya dipandang sebagai ancaman keamanan menggali jauh ke dalam karya akademik saya tentang Islamofobia, menghubungkannya dengan teori konspirasi,” tulisnya.
Setelah ancaman terhadap karir akademiknya dan klaim palsu, termasuk bahwa direktur Katoliknya di Universitas Georgetown di Washington, DC adalah seorang “Islamis yang setia”, Hafez pindah ke Amerika Serikat.
Hafez, yang kini menjadi profesor di Williams College di AS, terkenal karena menerbitkan laporan tahunan tentang Islamofobia Eropa dan sebagai salah satu pendiri Asosiasi Pemuda Muslim Austria.
(Resa/MEE)