ISLAMTODAY ID-Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung ketika militer Israel membunuh banyak orang Palestina, termasuk seorang wanita tua, di kamp pengungsi Jenin Tepi Barat yang diduduki.
Pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina dan melukai beberapa lainnya dalam serangan militer di kamp pengungsi Jenin Tepi Barat yang diduduki, kata pejabat Palestina.
Serangan militer hari Kamis (26/1/2023) adalah serangan militer tunggal paling mematikan di wilayah pendudukan dalam dua dekade.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Otoritas Palestina (PA), mengatakan kepada wartawan beberapa jam setelah penggerebekan
“Kepemimpinan Palestina telah memerintahkan penghentian hubungan yang dipertahankan pasukan keamanan Palestina dengan Israel dalam upaya bersama untuk menahan gerakan perlawanan Palestina,” ujar Nabil Abu Rudeineh.
Upaya sebelumnya untuk menangguhkan koordinasi ini berumur pendek, sebagian karena tekanan AS dan Israel dalam mempertahankannya.
Pejabat Palestina menambahkan bahwa pasukan Israel juga menggunakan gas air mata di dalam bangsal rumah sakit anak-anak selama penggerebekan.
Dalam pernyataan terpisah pada hari sebelumnya, Menteri Kesehatan Palestina Mai al Kaila menuduh bahwa “pasukan menyerbu Rumah Sakit Pemerintah Jenin dan dengan sengaja menembakkan tabung gas air mata ke departemen pediatrik di rumah sakit”.
Dia menggambarkan situasi di kamp pengungsi sebagai “kritis” dan mengatakan pasukan Israel mencegah ambulans mencapai yang terluka.
Tentara Israel menolak berkomentar ketika ditanya oleh kantor berita AFP tentang tuduhan gas air mata menteri kesehatan.
Militer hanya mengatakan bahwa “pasukannya beroperasi di Jenin”.
Kematian pada Kamis membuat jumlah warga Palestina yang tewas di Tepi Barat yang diduduki sepanjang tahun ini menjadi 30 orang, sebagian besar ditembak oleh pasukan Israel.
Wakil gubernur Jenin Kamal Abu al Rub mengatakan kepada AFP bahwa penduduk hidup dalam “keadaan perang yang sebenarnya”.
Serangan mematikan hari Kamis terjadi setelah serangan serupa pada tahun 2022—tahun paling mematikan di seluruh wilayah Palestina sejak catatan PBB dimulai pada tahun 2005.
Respon Diam Dunia
Baku tembak Kamis (26/1/2023) meletus ketika pasukan Israel melakukan serangan militer siang hari di kamp pengungsi yang diklaim dimaksudkan untuk mencegah serangan segera terhadap Israel.
Kamp, di mana kelompok Jihad Islam Palestina memiliki pijakan utama, telah menjadi fokus penangkapan dan penggerebekan Israel hampir setiap malam.
Setidaknya satu dari warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel diidentifikasi oleh warga Palestina sebagai militan, tetapi tidak jelas apakah ada orang lain yang berafiliasi dengan kelompok bersenjata.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi salah satu warga Palestina yang tewas sebagai wanita berusia 61 tahun, Magda Obaid.
Menteri keamanan nasional Israel yang baru, politikus sayap kanan Itamar Ben-Gvir memposting video dirinya di samping kepala polisi Israel dengan ekspresi berseri-seri penuh kemenangan.
Selain itu, dia diketahui berusaha memberikan kekebalan hukum kepada tentara Israel yang menembak warga Palestina.
Dia mengucapkan selamat kepada pasukan keamanan atas “operasi yang berhasil”.
Lebih lanjut, Ben-Gvir mengatakan bahwa pemerintah memberikan “dukungan kepada pejuang kami dalam perang melawan teroris.”
Warga Palestina di kamp pengungsi menggali kuburan massal untuk korban tewas dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung, serta memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang.
Kepresidenan Palestina mengatakan serangan terhadap Jenin terjadi “di bawah keheningan internasional”.
“Inilah yang mendorong pemerintah pendudukan melakukan pembantaian terhadap rakyat kami di hadapan dunia,” ungkap Nabil Abu Rudeinah, juru bicara Abbas, seperti dilansir dari TRTWorld, Jumat (27/1/2023).
Menteri Kesehatan Palestina menyerukan pertemuan mendesak dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan Komite Internasional Palang Merah atas peristiwa di Jenin.
Juru bicara PA, Abu Rudeineh, mengatakan bahwa Palestina berencana mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan PBB, Pengadilan Kriminal Internasional dan badan internasional lainnya.
Sementara itu, gerakan Hamas yang menguasai Gaza juga mengancam balas dendam.
Eskalasi kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sebelumnya telah memicu tembakan roket pembalasan dari gerakan tersebut.
Kekerasan Kamis (26/1/2023) terjadi sehari setelah pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina dalam insiden terpisah.
(Resa/TRTWorld)