ISLAMTODAY.ID —Amerika Serikat dan sekutunya sedang mencoba untuk mengganti hukum internasional dengan “aturan buatan” mereka sendiri sebut Alexander Shulgin, Perwakilan tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW)
Shulgin menuduh laporan terbaru oleh OPCW menuduh Damaskus melakukan serangan kimia di Douma pada tahun 2018, tampak seperti serangan politik yang dimaksudkan untuk membenarkan agresi militer Barat yang berkelanjutan terhadap pemerintah Suriah.
Berbicara kepada media Rusia, RT News, Shulgin dengan keras menolak laporan tersebut, yang dirilis pada akhir Januari oleh Tim Investigasi dan Identifikasi (IIT).
Ia menyebut laporan IIT “sepenuhnya tidak sah,” serta mengklaim pembentukan kelompok itu didorong oleh AS dan sekutunya untuk merusak prinsip-prinsip inti OPCW dan hukum internasional dan menggantinya dengan “aturan buatan” mereka sendiri.
Ukraina Menggunakan Senjata Kimia Berbahaya Dalam Perang
Shulgin juga mencatat bahwa laporan tersebut memiliki standar ganda khususnya di dalam OPCW.
Ketika Rusia menunjukkan bukti serangan kimia AS di Aleppo pada tahun 2016, setiap detail temuan Moskow diteliti dengan cermat oleh organisasi tersebut.
Namun, terkait tuduhan AS kepada Suriah , pejabat OPCW dengan cepat langsung membuat laporan tanpa memikirkan bagaimana dan kapan bukti dikumpulkan dan dihadirkan selama penyelidikan.
“Misalnya, mereka merujuk pada fakta bahwa beberapa sampel baru telah muncul, disediakan oleh pihak ketiga, siapa pihak ketiga ini? Tidak ada yang dijelaskan tentang itu. Mereka hanya mengatakan ‘percayalah pada kami’,” kata Shulgin, mencatat bahwa sampel tersebut belum pernah dilaporkan dalam penyelidikan sebelumnya.
“Jadi dulu sampelnya tidak ada, tapi sekarang tiba-tiba muncul entah bagaimana. Tanpa penjelasan apa pun,” Ia menunjukkan kemunculan sampel yang tiba-tiba hanya dapat dijelaskan oleh kebutuhan AS, Prancis, dan Inggris untuk menghindari pertanggungjawaban internasional atas agresi mereka terhadap Suriah.
Tiga negara NATO melancarkan serangkaian serangan udara terhadap sasaran sipil dan militer di Suriah pada April 2018.
NATO melancarkan serangan itu setelah munculnya video ‘White Helmets’ serangkaian video yang diduga menunjukkan akibat dari serangan klorin Suriah terhadap penduduk Douma.
Suriah dengan keras membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut, dan baik Damaskus maupun Moskow telah berulang kali menunjukkan bukti, termasuk kesaksian dari para korban, yang mana video itu adalah bentuk propaganda untuk membenarkan serangan Barat di Suriah. (Rasya)