ISLAMTODAY ID-Juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei, Kamis (23/2/2023) melaporkan bahwa China prihatin atas fakta bahwa Amerika Serikat mendapat akses ke empat pangkalan militer baru di Filipina dan memandang Washington sebagai aktor destabilisasi terbesar di kawasan itu.
Pada awal Februari, AS dan Filipina setuju untuk memperluas akses AS ke empat pangkalan militer lagi di Filipina sebagai bagian dari Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA), sehingga jumlah total situs EDCA menjadi sembilan.
“Tiongkok dengan cermat mengikuti kecenderungan ini dan mengungkapkan keprihatinan serius atas hal ini. Kami selalu percaya bahwa kerja sama militer dan keamanan antar negara harus berkontribusi pada perlindungan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan tidak ditujukan kepada pihak ketiga atau merugikan kepentingan mereka, ” ungkap juru bicara itu dalam pengarahan, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (23/2/2023).
AS terus berusaha untuk meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut yang mengarah pada krisis kepercayaan dan ketegangan, menurut Tan.
“Ini sekali lagi membuktikan bahwa AS adalah faktor paling berbahaya dan sumber kekacauan terbesar yang meningkatkan ketegangan regional dan merusak perdamaian dan stabilitas regional,” tambah juru bicara itu.
Untuk diketahui, Amerika Serikat dan Filipina menandatangani EDCA pada tahun 2014.
Ini adalah perjanjian militer substansial pertama antara kedua negara sejak tahun 1990-an.
Salah satu tujuan utama kesepakatan itu adalah untuk melawan pengaruh China yang semakin besar di Laut China Selatan dan memastikan ketersediaan pasukan AS di negara itu untuk membantu menanggapi bencana alam.
(Resa/Sputniknews)