ISLAMTODAY.ID— Presiden Joe Biden memerintahkan penghancuran pipa Nord Stream untuk memastikan Jerman tidak dapat berubah pikiran tentang sanksi terhadap Rusia dan pengiriman senjata ke Ukraina, menurut Seymour Hersh. Wartawan investigasi legendaris berbicara kepada media ‘Going Underground.’
Awal bulan ini, Hersh menerbitkan sebuah artikel yang menyalahkan AS dan Norwegia atas serangkaian ledakan yang melumpuhkan Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, jaringan pipa di bawah Laut Baltik yang dibangun untuk memasok gas alam Rusia ke Eropa Barat.
Dalam sebuah wawancara dengan Afshin Rattansi, Hersh mengatakan komunitas intelijen AS menyusun rencana tersebut “pada akhir 2021,” sebelum meningkatnya permusuhan di Ukraina.
Namun, ketika Biden dan Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland secara terbuka berbicara tentang “menghentikan” dan “mengakhiri” Nord Stream 2, Hersh mengklaim mata-mata itu kesal, “karena itu seharusnya menjadi operasi rahasia.”
“Orang-orang yang melakukan hal ini di komunitas intelijen, pada awalnya mengira itu adalah ide yang bagus,” kata Hersh kepada Rattansi.
Menurut ceritanya, bom ditanam pada bulan Juni, selama latihan angkatan laut BALTOPS 2022 yang diadakan di pulau Bornholm, Denmark. Bom meledak pada akhir September, karena Ukraina menghadapi “masalah serius” di medan perang.
“Itu tidak akan membantu perang…apa yang AS lakukan adalah untuk mencegah Jerman dan Eropa Barat, untuk membuka saluran pipa, apabila musim dingin semakin memburuk” kata Hersh.
Alasan untuk misi tersebut adalah “untuk memastikan bahwa Eropa terus mendukung NATO dan terus menyalurkan senjata ke dalam apa yang jelas merupakan perang proksi melawan Rusia yang sedang diperjuangkan mereka saat ini,” tambahnya.
Ditanya apakah Moskow mengetahui keterlibatan AS, dan atau malah sebaliknya berfokus untuk mencurigai Inggris, Hersh mengatakan dia belum berbicara dengan siapa pun di Rusia.
Satu hal yang bisa dia katakan adalah bahwa “benar-benar gila” bagi Rusia untuk meledakkan pipanya sendiri. Hampir semua orang di bisnis pipa setuju dengan penilaian itu, tambahnya.
Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri semuanya menolak artikel Hersh sebagai “fiksi” dan menyangkal semua tuduhan keterlibatan AS dalam serangan di Nord Stream. Rusia telah menyerukan penyelidikan independen PBB atas apa yang digambarkannya sebagai tindakan terorisme internasional. (Rasya)