ISLAMTODAY ID- Mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton desak AS akui tatanan nuklir tripolar baru karena harus membangun senjata nuklirnya daripada mencari perjanjian pengendalian senjata dengan Rusia atau China.
“Mengingat semakin kuatnya perjanjian Rusia-China dan perluasan senjata nuklir dan program rudal balistik China, perjanjian senjata gaya Perang Dingin AS-Rusia bukan hanya tidak disarankan tetapi juga berbahaya,” tulis Bolton dalam sebuah opini di media Amerika, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (6/3/2023).
Dia berargumen bahwa Presiden Vladimir Putin yang menangguhkan partisipasi Rusia dalam pakta New START adalah seruan bagi Amerika Serikat untuk memahami bahwa ia tidak dapat mengendalikan saingan nuklirnya melalui perjanjian senjata.
Dia mencatat bahwa perjanjian itu hanya membahas senjata nuklir strategis dan bukan taktis, tidak termasuk teknologi baru seperti rudal hipersonik.
Dia juga memperingatkan bahwa China yang telah menolak untuk menandatangani perjanjian serupa, kemungkinan besar bertujuan untuk mengembangkan aset nuklirnya di luar titik yang dapat dikendalikan secara berarti oleh negosiasi.
Bolton memperingatkan bahwa bahkan jika AS menang dalam konfrontasi nuklir dengan Rusia, AS dapat menghadapi konfrontasi selanjutnya dengan China.
Selain itu, juga bisa menghadapi konfrontasi nuklir melawan China dan Rusia yang bersekutu.
Dia menyerukan AS untuk segera mengkalibrasi ulang persyaratan hulu ledak dan sistem pengirimannya dan meningkatkan aset nuklirnya untuk pencegahan dan pertahanan diri.
Dia berargumen bahwa lebih baik memiliki senjata yang cukup dan membatasinya daripada tidak memiliki cukup dan membiarkan Rusia dan China berada di atas angin.
Dalam pidato kenegaraan bulan lalu, Presiden Putin mengatakan Rusia menangguhkan partisipasinya di New START.
Putin mengatakan setiap kembalinya Rusia ke pembicaraan akan membutuhkan kejelasan tentang bagaimana potensi serangan nuklir gabungan NATO akan diperhitungkan.
Presiden Rusia mengatakan bahwa anggota NATO bertindak seolah-olah tidak ada hubungan antara isu New START dan konflik Ukraina serta tindakan bermusuhan lainnya terhadap Moskow.
(Resa/Sputniknews)