ISLAMTODAY ID-Perang teknologi AS-Tiongkok dipandang sebagai front utama dalam persaingan geopolitik dan ekonomi yang lebih luas antara kedua negara, yang juga mencakup perdagangan, keuangan, dan kekuatan militer.
Pemerintah AS meningkatkan tekanan pada TikTok, aplikasi berbagi video yang terkenal, memintanya untuk menjual saham pemilik bersama China atau menghadapi larangan.
The Wall Street Journal pertama kali melaporkan permintaan perubahan kepemilikan, dan sumber menyarankan Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) dengan suara bulat merekomendasikan perusahaan China ByteDance untuk melakukan divestasi dari TikTok untuk membuat terobosan yang jelas dari China.
Pemerintah AS melihat keterlibatan ByteDance dengan TikTok sebagai risiko keamanan nasional karena jutaan orang Amerika telah menginstal aplikasi tersebut.
TikTok membantah laporan tersebut, dan mengatakan bahwa divestasi paksa tidak akan menyelesaikan masalah keamanan nasional dan perubahan kepemilikan tidak akan memberlakukan pembatasan baru pada aliran atau akses data.
Perkembangan ini mengikuti kekhawatiran bertahun-tahun dari pejabat Amerika bahwa data dari aplikasi populer dapat jatuh ke tangan pemerintah China.
Aplikasi ini juga telah dilarang di telepon pemerintah di AS, Kanada, dan UE, dan CEO TikTok, Shou Zi Chew, akan bersaksi di depan Kongres AS minggu depan.
Persaingan Dominasi Teknologi
Menurut Adam Segal, Direktur Program Kebijakan Digital dan Dunia Maya di Dewan Hubungan Luar Negeri, “masalah TikTok hanyalah salah satu contoh persaingan teknologi yang lebih luas antara AS dan China, yang kemungkinan akan meningkat di tahun-tahun mendatang.”
Kompetisi ini mencakup berbagai bidang, antara lain 5G, kecerdasan buatan, komputasi awan, semikonduktor, dan keamanan siber.
AS dan China sama-sama pemain utama dalam industri teknologi global, dengan AS menjadi rumah bagi banyak perusahaan teknologi terkemuka dunia, seperti Apple, Microsoft, dan Google.
Sementara itu, China telah menjadi pusat teknologi utama dalam beberapa tahun terakhir, dengan perusahaan seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent mendapatkan pengakuan dan pengaruh global.
AS telah lama mengkhawatirkan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan China dan peran pemerintah China dalam mendukung industri teknologi negara tersebut.
Sebagai tanggapan, AS telah menerapkan berbagai langkah untuk membatasi akses China ke teknologi utama, termasuk kontrol ekspor, pembatasan investasi, dan pembatasan visa bagi peneliti dan mahasiswa China.
Baru-baru ini, TikTok telah menjadi perhatian khusus.
“Meskipun tidak ada bukti jelas bahwa TikTok telah digunakan untuk mengumpulkan informasi sensitif, potensi penyalahgunaan tidak dapat diabaikan,” unglap Paul Triolo, kepala kebijakan teknologi global di Eurasia Group, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (16/3/2023).
Di sisi lain, China telah berusaha untuk mengurangi ketergantungannya pada teknologi buatan AS dan menjadi lebih mandiri di bidang-bidang penting seperti semikonduktor dan 5G.
Ini telah melibatkan investasi pemerintah yang signifikan di perusahaan teknologi dalam negeri dan promosi inovasi asli.
Perang teknologi AS-China dipandang sebagai front utama dalam persaingan geopolitik dan ekonomi yang lebih luas antara kedua negara, yang juga mencakup perdagangan, keuangan, dan kekuatan militer.
Hasil dari kompetisi ini dapat memiliki implikasi yang signifikan bagi keseimbangan kekuatan global dan masa depan industri teknologi.
(Resa/TRTWorld)