ISLAMTODAY ID-Perdana Menteri Samoa Fiame Naomi Mata’afa ungkap kontrak pembangunan ulang pelabuhan komersial di ibu kota Kepulauan Solomon, Honiara dapat sebabkan ketegangan keamanan.
Kesepakatan yang dicapai antara Beijing dan Honiara akan membuat pelabuhan internasional kota dan dua dermaga domestik ditingkatkan sebagai bagian dari proyek senilai $170 juta yang akan diselesaikan oleh China Civil Engineering Construction Company (CCECC).
Perusahaan pembangunan infrastruktur milik negara China telah mengelola berbagai proyek asing sejak pembentukannya 43 tahun lalu, termasuk di Israel, Nigeria, dan Kolombia.
Itu adalah satu-satunya perusahaan yang mengajukan tawaran tender untuk proyek pembangunan kembali pelabuhan Kepulauan Solomon.
Namun, pengumuman kesepakatan itu datang pada saat kekhawatiran Amerika Serikat dan sekutunya tentang ekspansionisme militer China di kawasan Pasifik – kekhawatiran digaungkan oleh Samoa, yang memelihara hubungan diplomatik yang bersahabat dengan AS.
“Ini adalah pelabuhan komersial, meskipun saya pikir ada kekhawatiran bahwa itu mungkin berubah menjadi sesuatu yang lain,” ungkap Fiame pada hari Rabu (22/3/2023) setelah pertemuan dengan pemimpin Australia Anthony Albanese.
“Kurasa kita harus mengatasinya jika dan kapan itu mungkin terjadi,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (22/3/2023)
“Mari kita perjelas, negara lain juga memiliki stasiun militer atau angkatan laut di wilayah tersebut.”
Pengumuman kesepakatan pembangunan kembali China-Kepulauan Solomon datang sekitar satu tahun setelah kedua negara menandatangani pakta keamanan.
Lebih lanjut, menurut pejabat Australia kesepakatan tersebtu dapat mendorong pembangunan militer China di kepulauan itu sekitar 1.700 kilometer dari pantai utara Australia.
Partai Buruh negara itu menyebut pakta keamanan itu “kesalahan kebijakan luar negeri terburuk Australia di Pasifik” selama bertahun-tahun.
Dalam tanggapannya sendiri, Canberra mengatakan bahwa pihaknya “memantau dengan cermat perkembangan yang mungkin berdampak pada kepentingan nasional kita” namun menekankan bahwa pihaknya mendukung perkembangan yang sah dan transparan yang “memberikan manfaat ekonomi jangka panjang”.
Sementara itu, Honiara mempertahankan pendiriannya sebagai “teman bagi semua, musuh bagi siapa pun” setelah mengadakan pertemuan dengan perwakilan senior dari Washington dan Beijing minggu ini.
Untuk diketahui, delegasi AS dipimpin oleh koordinator Indo-Pasifik utamanya, Kurt Campbell.
Washington membuka kembali kedutaannya di Honiara bulan lalu.
Menurut Departemen Luar Negeri AS bahwa langkah tersebut bertujuan untuk melawan “pengaruh China yang berkembang” di wilayah tersebut.
(Resa/RT)