ISLAMTODAY ID-Langkah pemerintahan Biden melarang platform media sosial TikTok di Amerika Serikat telah menimbulkan kekhawatiran di negara tersebut karena berpotensi mengasingkan pemilih yang lebih muda.
Seperti yang ditunjukkan oleh setidaknya satu outlet media AS, anak muda Amerika yang lahir setelah tahun 1996 – yang disebut Generasi Z – sebagian besar adalah liberal dan Demokrat, dan jumlah pemilih mereka yang “lebih kuat dari perkiraan” selama pemilihan paruh waktu tahun lalu kemungkinan membantu mencegah kemenangan luar biasa oleh Partai Republik.
Dan karena sebagian besar dari demografi ini menggunakan TikTok, larangan aplikasi ini dapat memengaruhi sikap mereka terhadap politik dan pemerintah federal, dan bukan dengan cara yang baik, saran outlet media.
Profesor Teacher College di Columbia University bernama Ioana Literat yang mempelajari pengguna TikTok muda dilaporkan menyarankan bahwa platform berbagi video telah menjadi “terkait erat” dengan budaya Generasi Z.
Dengan alasan bahwa “kaum muda melihat politik secara pribadi”, Literat mendalilkan bahwa mengambil TikTok dari mereka “akan semakin memanfaatkan pandangan pribadi mereka tentang politik”, dan bahwa dia tidak berpikir mereka “akan menganggapnya enteng”.
“Politisi dalam diri saya berpikir Anda benar-benar akan kehilangan setiap pemilih di bawah 35 tahun, selamanya,” ungkap Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (23/3/2023).
Pengungkapan ini datang karena hanya 39 persen orang Amerika berusia antara 18 dan 39 tahun yang menyetujui Joe Biden, dengan 50 persen dari mereka tidak menyetujui POTUS, menurut data jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis awal bulan ini.
Pada saat yang sama, jajak pendapat lain menunjukkan bahwa sekitar 63 persen orang Amerika berusia antara 18 dan 34 tahun menentang potensi larangan TikTok.
Sebelumnya, pemerintahan Biden mengancam akan melarang TikTok di Amerika Serikat kecuali jika pemilik platform media sosial tersebut, perusahaan teknologi internet China ByteDance, menjual sahamnya di aplikasi tersebut.
Sementara Washington mengklaim data pribadi pengguna TikTok Amerika mungkin berakhir di tangan pemerintah China, spekulasi ini telah dibantah oleh kepemimpinan ByteDance.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin juga mencatat pekan lalu bahwa Amerika Serikat “sejauh ini gagal memberikan bukti bahwa TikTok mengancam keamanan nasional AS.”
“Masalah keamanan data tidak boleh digunakan sebagai alat bagi beberapa negara untuk memperluas konsep keamanan nasional, menyalahgunakan kekuasaan negara dan secara tidak adil menekan perusahaan negara lain,” ungkapnya.
(Resa/Sputniknews)