ISLAMTODAY ID-Rudal China yang baru mungkin dapat mencapai pulau Pasifik Guam, mempersulit pasukan AS yang berbasis di sana untuk campur tangan atas nama Taiwan, klaim seorang kolumnis Washington Post pada hari Kamis (13/4/2023).
Artikel tersebut mengutip sebuah pengungkapan yang “diabaikan” di salah satu dokumen rahasia yang bocor dari Pentagon.
“China dengan cepat meningkatkan kapasitasnya untuk menyerang ribuan mil dari pantainya dan mencegah intervensi Amerika Serikat,” ungkap Josh Rogin, mengutip kesimpulan badan intelijen AS, seperti dilansir dari RT, Kamis (13/4/2023).
Dokumen yang dirujuk Rogin adalah laporan oleh Direktorat Intelijen Kepala Staf Gabungan, yang ditandai sangat rahasia dan bertanggal 28 Februari.
Dokumen itu memberi pengarahan kepada para jenderal tentang uji 25 Februari dari “rudal balistik jarak menengah hipersonik” baru, yang disebut DF- 17 (Dongfeng, ‘Angin Timur’).
Pengarahan tersebut mengatakan bahwa DF-17 memiliki “kemungkinan besar untuk menembus” pertahanan rudal AS dan dirancang untuk mencapai target di luar Second Island Chain, istilah Pentagon untuk garis di Pasifik yang membentang dari Jepang ke New Guinea.
Tes tersebut melibatkan rudal yang menempuh jarak 2.100 kilometer (1.305 mil) selama 12 menit, tetapi penilaian Pentagon 2021 percaya DF-17 mungkin memiliki jangkauan hingga 8.000 kilometer (4.970 mil).
Rudal baru ini juga memiliki kemampuan “hypersonic glide”, menjadikannya “carrier killer” yang lebih baik daripada pendahulunya, kata Rogin.
“Jika kapal-kapal Amerika dapat ditahan dan pasukan AS di Asia dapat ditargetkan sesuka hati, setiap intervensi sekutu dalam pertahanan Taiwan akan lebih sulit dan mahal,” tulis Rogin.
Kolumnis “neoliberal” yang menggambarkan dirinya sendiri dan analis politik CNN berpendapat bahwa “perdamaian di Asia bergantung pada menjaga kredibilitas pencegah yang dipimpin Amerika Serikat.”
“AS dan sekutunya perlu mengalihkan sumber daya untuk meniadakan ancaman baru dan menopang kemampuan mereka untuk melindungi aset mereka”, ungkap Rogin.
Namun, bagaimana tepatnya itu bisa dicapai, dia tidak mengatakannya.
Pemerintah AS belum secara resmi mengkonfirmasi keaslian dokumen yang bocor, dan telah meluncurkan perburuan untuk sumbernya.
Sebagian besar file yang dirilis awalnya berurusan dengan konflik Ukraina, sementara pengungkapan berikutnya memperluas cakupannya.
Pejabat Israel dan Korea Selatan telah mengecam beberapa klaim dalam dokumen tersebut sebagai salah.
(Resa/RT)