ISLAMTODAY ID-Iran telah menanggapi dengan keras “kekhawatiran” para pejabat AS atas hubungan yang semakin dalam antara Republik Islam dan Suriah setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi bertemu rekannya Bashar al-Assad di Damaskus.
“AS telah menyatakan keprihatinan tentang kunjungan presiden Iran ke Suriah dan hasilnya … Tentu saja, kemarahan rezim jahat, yang tanduknya telah dipatahkan di Suriah dan seluruh wilayah oleh Iran dan poros perlawanan … adalah wajar,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani tweeted pada 4 Mei, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (4/5/2023).
“Marah dan mati dengan marah,” tambah Kanaani, mengulangi kutipan mantan Kepala Kehakiman Iran Mohammad Beheshti, yang terbunuh pada tahun 1981 dalam serangan teror oleh organisasi Mujahedin-e-Khalq (MEK) yang didukung AS.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan pada 3 Mei bahwa memperdalam hubungan antara Iran dan Suriah “harus menjadi perhatian besar dunia.”
Menurut pejabat AS, Teheran, dan Damaskus “terus mengambil bagian dalam kegiatan destabilisasi yang memfitnah, tidak hanya di negara terdekat mereka, tetapi juga di kawasan.”
Dia kemudian menegaskan kembali bahwa Gedung Putih telah “menjelaskan” kepada sekutu mereka di Asia Barat bahwa mereka tidak mendukung normalisasi dengan Damaskus.
Pada Rabu pagi (4/5/2023), presiden Iran tiba di Damaskus untuk kunjungan dua hari, perjalanan pertama oleh kepala negara Iran ke ibu kota Suriah sejak 2010.
Raisi memimpin delegasi ekonomi dan politik yang besar, termasuk menteri luar negeri, pertahanan, perminyakan, jalan raya dan pembangunan perkotaan, telekomunikasi, dan beberapa pengusaha sektor swasta.
Kedua belah pihak pada hari Rabu (4/5/2023) menandatangani 14 perjanjian kerja sama jangka panjang, termasuk perdagangan, minyak dan energi, transportasi kereta api dan udara, zona perdagangan bebas, keamanan gempa, dan lainnya.
“Suriah dan Iran sama sekali tidak berjudi, dan tidak menempatkan nasib negara dan rakyat mereka di tangan orang asing,” ungkap Assad dalam konferensi pers bersama dengan Raisi, menekankan bahwa kedua negara sekutu “bertaruh pada kebenaran, dan memenangkan taruhan.”
“Pemerintah dan rakyat Suriah telah mengalami kesulitan besar, dan hari ini kami dapat mengatakan bahwa Anda telah … mengatasi semua masalah ini dan mencapai kemenangan meskipun ada ancaman dan sanksi yang dijatuhkan terhadap Anda,” ungkap Raisi kepada timpalannya dari Suriah.
Kunjungan penting Raisi ke Damaskus adalah bagian dari dorongan regional yang sedang berlangsung – yang dipimpin oleh Arab Saudi – untuk menyambut Suriah kembali ke pangkuan regional setelah kegagalan perang yang didukung Barat.
(Resa/The Cradle)