ITD NEWS—Dalam pertemuan yang berlangsung di Gao pada 4-5 Mei lalu, para menteri luar negeri negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) saling bertemu dan memberikan berbagai pernyataan terkait isu-isu regional dan internasional.
Namun, dua pertemuan secara khusus memberi petunjuk apakah kerjasama di masa depan mungkin dilakukan atau tidak. Pertemuan penting pertama terjadi antara Menteri Luar Negeri China Qin Gang dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan di KTT bahwa situasi di daerah perbatasan “umumnya stabil”. Terlepas dari klaim stabilitas China, Subrahmanyam Jaishankar menegaskan bahwa ada situasi abnormal di sepanjang perbatasan.
Menurutnya, hubungan Tiongkok-India tidak normal dan tidak bisa normal jika kawasan perbatasan terganggu.
Penilaian para menteri luar negeri atas sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama mencerminkan perbedaan persepsi mereka tentang masalah serta kebuntuan hubungan yang terus berlanjut.
Poin penting kedua adalah bahwa Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto Zardari adalah menteri luar negeri Pakistan pertama yang mengunjungi India setelah absen selama 12 tahun, meskipun di bawah naungan SCO.
Terlepas dari beberapa spekulasi tentang pertemuan bilateral antara menteri luar negeri Pakistan dan India, Zardari mengatakan sebelum mendarat di India bahwa kunjungannya “semata-mata terfokus pada SCO” dan bahwa dia menantikan diskusi konstruktif dengan rekan-rekannya dari negara-negara sahabat.
Jelas bahwa alasan utama kunjungan tersebut bukanlah untuk mengembangkan hubungan dengan India tetapi untuk mengembangkan hubungan multilateral dengan negara-negara anggota, untuk mematahkan isolasionisme Pakistan yang semakin meningkat.
Serta untuk mempromosikan negara tersebut sebagai bagian dari proyek perdagangan, konektivitas, dan energi di Eurasia. .
Apa Agenda Dibalik KTT Menlu SCO?
3 masalah sangat penting. Yang pertama adalah kesediaan India untuk reformasi yang telah lama ditunggu-tunggu untuk mengakui bahasa Inggris sebagai bahasa resmi SCO, selain Mandarin dan Rusia.
Sejak menjadi anggota penuh SCO pada tahun 2017, India telah mendorong blok tersebut untuk memasukkan “Bahasa Inggris” sebagai bahasa komunikasi resmi. Alasan utamanya adalah untuk menyebarluaskan keputusan SCO ke seluruh dunia dan memastikan jangkauan dan pengaruh global yang lebih besar.
Topik penting kedua adalah pembahasan pembayaran dalam mata uang nasional untuk perdagangan bersama.
Proposal tersebut dibuat setelah perang Rusia-Ukraina, dan diskusi awal telah dimulai. India dan Rusia sudah menggunakan mata uang nasional dalam hubungan perdagangan.
Terutama sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina, Moskow sangat ingin menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar AS dan Euro.
Karena percepatan proses de-dolarisasi dalam sistem internasional, China juga menganjurkan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan. Pembahasan di SCO juga mencerminkan niat kekuatan regional untuk meningkatkan penggunaan mata uang nasional mereka.
Topik penting terakhir dalam agenda adalah perluasan SCO. Secara khusus, para menteri luar negeri membahas penerimaan Belarusia dan Iran sebagai anggota penuh organisasi tersebut.
Mereka juga mempertimbangkan aplikasi status pengamat untuk Kuwait, Uni Emirat Arab, Myanmar, dan Maladewa untuk bergabung dengan grup tersebut.
Di era perang Rusia-Ukraina dan intensifikasi persaingan Tiongkok-AS, perluasan organisasi ditujukan untuk meningkatkan peran SCO dalam misi keamanan regional di Eurasia, serta memperkuat hubungan perdagangan dan mempromosikan penggunaan mata uang nasional dan mata uang alternatif sistem pembayaran.
Bagaimana pengaruh KTT SCO terhadap isu-isu regional dan internasional?
SCO adalah salah satu organisasi unik yang mengecualikan negara-negara Barat dan menciptakan peluang bagi kekuatan regional Eurasia untuk membahas masalah regional dan internasional serta mempromosikan kerja sama ke negara-negara lain.
Organisasi ini memainkan peran penting dalam menjaga saluran diplomatik antar negara. Dalam hal ini, pertemuan antara menteri luar negeri China dan India merupakan contoh terbaik tentang pentingnya organisasi tersebut dalam menjaga dialog.
Selain itu, agenda pertemuan baru-baru ini, khususnya penggunaan mata uang nasional dan perluasan organisasi, mencerminkan dinamika perubahan sistem internasional dengan latar belakang perang di Ukraina.
Pembicaraan tentang penerimaan negara anggota dan negara pengamat menunjukkan keinginan yang semakin besar dari negara anggota untuk memperluas jangkauan SCO ke Eropa Timur dan Timur Tengah.
Selain perluasan SCO, diskusi yang berkembang tentang sistem pembayaran alternatif juga menunjukkan bahwa negara-negara anggota sangat ingin meningkatkan peran organisasi baik sebagai platform keamanan dan ekonomi regional untuk mengurangi pengaruh AS.
Namun, terlepas dari kelanjutan bidang kerja sama, keberhasilan organisasi akan sangat bergantung pada pengembangan hubungan bilateral antar negara anggota.
Dalam konteks ini, hubungan Tiongkok-India dan India-Pakistan dapat memainkan peran yang menentukan dalam mewujudkan proyek-proyek yang mungkin dilakukan dan memperkuat posisi organisasi dalam sistem internasional. (Rasya)