ISLAMTODAY ID-Pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki menembak balita bernama Mohammed al-Tamimi Palestina tepat di kepala pada tanggal 1 Mei 2023.
Anak berusia dua tahun itu ditembak di dekat desanya di Nabi Saleh di Ramallah saat mengendarai mobil bersama ayahnya, Haitham al-Tamimi, yang juga menderita luka tembak.
Setelah alami penembakan, anak tersebut diterbangkan ke Rumah Sakit Sheba Israel dan dinyatakan meninggal pada 5 Juni 2023.
Sang ayah mengatakan bahwa dia baru saja mengikatkan sabuk pengaman putranya di dalam mobil, dan mereka sedang mengemudi untuk mengunjungi seorang paman ketika peluru itu mengenai.
“Kami tidak tahu bahwa tentara sedang beroperasi. Kami akan keluar – saya, putra saya, dan sepupu saya – dengan mobil saya. Sebuah peluru mengenai mobil dan kami,” ungkap Tamimi kepada media Arab, seperti dilansir dari The Cradle, Senin (5/6/2023).
Ibu Mohammed, Marwa, mengatakan pembunuhannya anak layaknya aksi eksekusi.
“Saya ingin mengajukan keluhan dan agar dia dan putra saya mendapat kompensasi. Suami saya adalah pria yang damai, selalu bekerja atau bersama anak-anak.”
Sejak Januari, pasukan dan pemukim Israel telah membunuh lebih dari 120 warga Palestina.
Untuk diketahui, Mohammed al-Tamimi telah menjadi korban termuda dari tentara Israel tahun ini.
Lebih lanjut, tentara Israel mengatakan telah meluncurkan penyelidikan atas pembunuhan itu.
Namun, faktanya penyelidikan internal oleh Tel Aviv jarang meminta pertanggungjawaban tentara atas kejahatan perang yang dilakukan terhadap warga Palestina.
Selama setahun terakhir, Israel telah melakukan operasi penggerebekan dan penangkapan di Tepi Barat hampir setiap hari, seringkali membunuh atau melukai warga Palestina dalam prosesnya.
“Warga Palestina secara teratur menjadi sasaran kekerasan oleh pemukim Israel, termasuk serangan fisik, penembakan dengan peluru tajam, pembakaran ladang dan ternak, pencurian dan perusakan properti. Pasukan keamanan Israel juga melakukan serangan luas terhadap warga Palestina, khususnya di wilayah pendudukan, yang sering kali menyebabkan eskalasi yang mematikan,” ungkap Sorotan Global Center for the Responsibility to Protect pada bulan Mei.
“Berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang sebelum satu inci pun keadilan dapat diberikan di wilayah Palestina yang diduduki?” tanya dua pakar hak asasi manusia independen PBB bulan lalu setelah kematian pejuang Palestina Khader Adnan.
(Resa/The Cradle)