ISLAMTODAY ID-Perusahan China dan Hong Kong mendapatkan sanksi dari AS pada Selasa (6/6/2023) karena diduga memasok program rudal balistik Iran.
Departemen Keuangan AS mengatakan perusahaan-perusahaan China memfasilitasi transfer teknologi sensitif termasuk sentrifugal untuk memproduksi bahan bakar dan logam non-besi dengan potensi penggunaan militer ke badan-badan pemerintah Iran dan perusahaan swasta yang terlibat erat dalam membangun rudal.
Selain itu, AS juga memberikan sanksi atase pertahanan Iran di Beijing, Davoud Damghani, atas dugaan mendalangi pengadaan terkait pertahanan.
“Amerika Serikat akan terus menargetkan jaringan pengadaan transnasional ilegal yang secara diam-diam mendukung produksi rudal balistik Iran dan program militer lainnya,” ungkap Wakil Menteri Keuangan AS untuk terorisme dan intelijen keuangan, Brian Nelson, seperti dilansir dari MEE, Selasa (6/6/2023)
Washington khawatir Iran berencana mengembangkan senjata nuklir yang dapat dimuat pada rudal balistik.
Untuk diketahui, sanksi AS datang pada hari yang sama ketika Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri pertamanya.
Sanksi tersebut melarang perusahaan dan individu AS serta perusahaan seperti bank global dengan cabang AS melakukan bisnis dengan mereka yang masuk dalam daftar hitam.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi target sanksi antara lain Beijing Shiny Nights Technology Development; Pengembangan Perdagangan Qingdao Zhongrongtong; Hong Kong Ke.Do Perdagangan Internasional Co; Rekayasa Proses Lingoe Limited; dan Zhejiang Qingji Ind. Co.
Iran telah berada di bawah sanksi yang melemahkan sejak 2018, ketika mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.
Peran Iran Meluas
Iran menggantungkan kehidupan ekonominya dengan China, sebagai pembeli utama minyaknya.
Pada Maret 2021, keduanya menandatangani perjanjian kerja sama 25 tahun di mana Beijing berjanji untuk menyuntikkan sekitar $400 miliar ke dalam ekonomi Iran.
Namun, banyak dari investasi tersebut yang gagal terwujud.
Selain itu, hubungan Iran dengan Arab Saudi semakin baik dalam kesepakatan diplomatik yang ditengahi oleh China.
Selain itu, negara-negara Teluk dapat melakukan lindung nilai dengan Iran untuk menghindari dampak dari potensi bentrokan antara Republik Islam dan Israel, di tengah kekhawatiran tentang peningkatan kemampuan nuklir Iran.
Bulan lalu, kepala staf militer Israel, Jenderal Herzi Halevi, mengatakan pengayaan uranium Iran lebih maju dari sebelumnya dan memperingatkan bahwa Israel sedang mempersiapkan “situasi di mana konfrontasi tidak akan terhindarkan”.
Pada hari Kamis (1/6/2023), Newsweek mengutip seorang komandan senior militer Israel yang mengatakan bahwa “Iran ada di mana-mana” dan kemungkinan perang “semakin besar”.
“Ada lebih banyak peluang perang skala besar daripada sebelumnya, yaitu dalam 20 atau 30 tahun terakhir,” ungkap Amir Avivi, seorang brigadir jenderal di tentara Israel.
(Resa/MEE)