ISLAMTODAY ID-Anggota Knesset Israel dari partai Likud, Amit Halevi menyarankan rencana untuk membagi kompleks Masjid Al-Aqsa antara Yahudi dan Muslim.
Langkah ini memicu kekhawatiran besar dari warga Palestina yang telah lama menyimpan ketakutan akan perpecahan situs suci tersebut.
Lebih lanjut, Amit Halevi menguraikan rencana yang akan membagi kompleks seluas 37 hektar, dan hanya menyisakan di ujung selatan yang berisi Masjid Al-Aqsa untuk umat muslim.
Halevi juga menyarankan agar otoritas dan kontrol Yordania atas Al-Aqsa dihapus.
“Jika mereka berdoa di sana, itu tidak menjadikan seluruh Temple Mount (Masjid Al Aqsa) sebagai tempat suci bagi umat Islam. Itu tidak dan tidak akan terjadi,” ungkap Halevi, seperti dilansir dari MEE, Kamis (8/6/2023)
Kompleks Masjid Al-Aqsa (al-Haram al-Sharif) terletak di dataran tinggi yang oleh orang Yahudi disebut Temple Mount. Masjid tersebut adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan dihormati oleh umat Islam secara global dan telah menjadi simbol budaya dan keberadaan Palestina.
“Kami akan mengambil ujung utara dan berdoa di sana. Seluruh gunung itu suci bagi kami, dan Kubah Batu adalah tempat di mana Kuil itu berdiri. Ini harus menjadi pedoman kami. Israel memimpin. Ini akan menjadi sejarah, pernyataan agama dan nasional,” ungkap Halevi.
Halevi juga berusaha untuk mengubah prosedur akses bagi orang Yahudi yang mengunjungi Al-Aqsa, menuntut agar orang Yahudi diizinkan memasuki kompleks melalui semua gerbang.
September lalu, ultra-nasionalis Israel menyerbu Al-Aqsa melalui Gerbang Singa (Bab al-Asbat), pemukim pertama kali memasuki halaman masjid dari gerbang sejak Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967.
“Ini adalah tempat Kuil Pertama dan tempat Kuil Kedua yang dibangun oleh para imigran Babilonia. Tidak ada yang perlu memeriksa batu-batu itu untuk mengetahui bahwa itu adalah milik kita,” ungkapnya.
“Ada masjid di selatan gunung dan kami menghormatinya. Berdoalah di sana dan berikan bagian kami.”
Kekhawatiran Palestina
Di sisi lain, banyak warga Palestina khawatir hal itu menandakan langkah untuk memperluas kendali Israel atas masjid dan mengubah status quo.
Mereka juga takut apalabila rencana itu berpotensi menyeret wilayah itu ke dalam tungku perang agama.
Komite Kepresidenan Tinggi Urusan Gereja di Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencana itu harus “dihentikan dan dikonfrontasi”.
Orang-orang Palestina telah lama khawatir bahwa fondasi akan diletakkan untuk membagi kompleks antara Yahudi dan Muslim, seperti Masjid Ibrahimi di Hebron yang terpecah pada 1990-an.
Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan jumlah serbuan Israel ke Al-Aqsa.
(Resa/MEE)