(IslamToday ID) – Kementerian pertahanan Israel mengatakan penjualan 2022 produk pertahanan meningkat 50 persen ($12 miliar) dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya dan menggandakan volume selama dekade terakhir.
Drone menyumbang 25 persen dari ekspor 2022, dan rudal, roket, atau sistem pertahanan udara untuk 19 persen, catat Reuters.
Kementerian menyatakan bahwa Asia dan Pasifik menyumbang 30 persen dari ekspor pertahanan Israel, Eropa 29 persen, dan Amerika Utara 11 persen.
Selain itu, 24 persen penjualan senjata adalah ke negara-negara Arab yang telah menormalkan hubungan dengan Tel Aviv di bawah Abraham Accords yang disponsori AS.
Pada tahun 2020, UEA dan Bahrain menandatangani Abraham Accords, yang dipromosikan oleh Gedung Putih Trump sebagai langkah perdamaian Arab-Israel, meskipun melewati segala upaya untuk menyelesaikan pendudukan Israel atas Palestina.
Maroko dan Sudan kemudian juga bergabung dengan inisiatif tersebut.
Pada tahun 2022, Israel dilaporkan menjual sistem pertahanan udara Barak dan Spyder canggih ke UEA yang diduga untuk melawan drone dan rudal Iran. Awal tahun ini, Maroko juga menandatangani kontrak untuk membeli sistem pencegat Barak.
AS dan Israel berusaha untuk menambahkan Arab Saudi ke dalam daftar penandatangan Abraham Accords, yang akan membantu membuka jalan bagi penjualan senjata Israel ke kerajaan tersebut.
Namun, Arab Saudi sejauh ini menolak permintaan tersebut, menuntut agar AS memberikan jaminan keamanan, penjualan senjata tambahan, dan teknologi nuklir serta agar Israel mengizinkan pembentukan negara Palestina.
Perang antara Rusia dan Ukraina juga menjadi sumber peningkatan pertahanan dan penjualan senjata Israel selama setahun terakhir. Perang telah menggarisbawahi nilai drone dan sistem pertahanan udara, menyediakan pasar baru untuk produk Israel bagi negara-negara anggota Arab dan NATO.
Jerman menandatangani kesepakatan pada bulan Maret untuk membeli sistem pertahanan Rudal Arrow 3 Israel seharga $4,3 miliar.
“Ada pemahaman hari ini bahwa masalah pertahanan udara sangat sentral – dan itu terdiri dari beberapa lapisan – pertahanan terhadap rudal dan pesawat serta terhadap drone [besar dan kecil],” ungkao Boaz Levy, CEO Israel Aerospace Industries, seperti dilansir dari The Cradle, Rabu (14/6/2023).
“Bidang pertahanan udara akan terus menjadi salah satu kepentingan yang lebih besar mengingat perubahan ancaman dari udara di seluruh dunia,” ungkap Dr. Liran Antebi, peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv. [res]