(IslamToday ID) – Putaran ke-20 proses perdamaian Astana dimulai pada 20 Juni yang dihadiri wakil menteri luar negeri Turki, Suriah, Iran, dan Rusia di ibu kota Kazakhstan.
Pertemuan yang akan berlangsung hingga 21 Juni ini juga akan dihadiri oleh Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Otto Pedersen.
Selain itu, beberapa perwakilan dari negara-negara pengamat Irak, Lebanon, dan Yordania, serta perwakilan oposisi Suriah juga hadir.
Rusia, Iran, dan Turkiye membentuk proses perdamaian Astana pada tahun 2017 untuk menemukan solusi bagi perang Suriah melalui upaya diplomatik.
Pertemuan hari Selasa (20/6/2023) merupakan langkah terbaru dalam “peta jalan normalisasi” yang diusulkan oleh Rusia pada bulan Mei untuk mengakhiri permusuhan di Suriah oleh tentara Turki.
Pada awal pertemuan, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov menuduh AS menghalangi proses normalisasi antara Suriah dan Turki karena dukungannya terhadap milisi Kurdi di Suriah utara.
“Tentu saja, AS mendukung beberapa sindikat Kurdi yang telah membentuk diri mereka sendiri menjadi sebuah badan yang hampir sepenuhnya diperintah, dan ini sama sekali tidak dapat diterima,” ungkap pejabat Kremlin , seperti dilansir dari The Cradle, Selasa (20/6/2023).
“Kami mendukung penyelesaian masalah Kurdi melalui negosiasi. Namun, sayangnya, saya melihat bahwa pihak AS tidak tertarik dengan solusi tersebut dan tidak akan mengizinkan sekutu Kurdi mereka untuk duduk di meja perundingan dengan Suriah,” tambahnya.
Komentar Bogdanov mendapat tentangan dari kepala Forum Jerman-Kurdi, Yunus Bahram, yang mengecam pertemuan-pertemuan di Astana, dan mengatakan bahwa “tujuan sebenarnya” dari pertemuan-pertemuan tersebut adalah untuk menyerang jantung kehadiran Kurdi di Suriah.
Bahram mengutip serangan Turki baru-baru ini terhadap posisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS.
Sementara itu, Kepala Delegasi Suriah Dr. Ayman Sousan menekankan bahwa penarikan Turki dari Suriah merupakan satu-satunya pintu masuk yang memungkinkan untuk normalisasi antara kedua negara atau kerja sama di bidang apa pun.
Bersamaan dengan meningkatnya kehadiran AS di Suriah utara, kehadiran Tentara Turki di daerah tersebut telah menjadi penghalang utama untuk memperbaiki hubungan antara Ankara dan Damaskus.
Sementara itu, kementerian luar negeri Kazakhstan mengumumkan bahwa topik-topik yang akan dibahas termasuk transformasi situasi regional di Suriah, upaya komprehensif untuk penyelesaian konflik Suriah, dan langkah-langkah kontra-terorisme.
Lebih lanjut, mereka juga membahas pembebasan sandera, pencarian orang hilang, kondisi kemanusiaan di Suriah, mobilisasi upaya-upaya internasional untuk pemulihan pascakonflik, dan fasilitasi kembalinya para pengungsi Suriah ke negara mereka. [res]