(IslamToday ID) – Eskalasi terbaru di sekitar Taiwan terjadi pada bulan April setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
Di sisi lain, China menanggapi dengan meluncurkan latihan militer besar-besaran selama tiga hari di dekat pulau itu sebagai “peringatan” bagi separatis Taiwan dan kekuatan asing.
Menurut dokumen hasil pertemuan di Brussel pada hari Jumat mengungkapkan bahwa pemimpin Uni Eropa prihatin dengan situasi di sekitar Selat Taiwan, dan menegaskan kembali komitmen blok tersebut terhadap kebijakan One China,
“Laut China Timur dan Selatan memiliki kepentingan strategis untuk kemakmuran dan keamanan regional dan global. Uni Eropa prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan. Dewan Eropa menentang setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan. Itu menegaskan kembali ‘kebijakan One China’ yang konsisten dari Uni Eropa,” ungkap dokumen yang diposting di situs web Dewan Eropa.
Sementara itu, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan UE harus memiliki pendekatan sendiri ke China.
“Kami melihat China semakin sebagai saingan sistemik, dan kami harus memikirkan risiko yang ada. Yang penting adalah kami memiliki pendekatan Eropa kami sendiri untuk hubungan kami dengan China. Kami tahu bahwa mitra transatlantik kami memiliki posisi yang sangat pandangan kuat di sana, tetapi kita harus menyetujui pendekatan bersama kita,” ungkap Kallas, seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (30/6/2023).
Untuk diketahui, Dewan Eropa mengadakan pertemuan puncak dua hari di Brussel dari 29-30 Juni untuk membahas beberapa hal.
Pembahasan dari KTT di Brussel tersebut adalah perkembangan terakhir dalam konflik Ukraina, kerja sama UE-NATO dan hubungan blok dengan China sehubungan dengan pertemuan yang akan datang antara UE dan Komunitas Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC) pada bulan Juli.
Selain itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg juga berpartisipasi dalam KTT tersebut. [res]