(IslamToday ID)—Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Rabu (12/7/2023) bahwa KTT NATO di Vilnius, Lithuania menandai kembalinya aliansi ke pemikiran dan skema era Perang Dingin.
Kementerian itu mengatakan Barat melindungi kepentingan 1 miliar populasi negara-negara Barat dan memperjuangkan hegemoninya, berusaha menghentikan pembentukan dunia multipolar, termasuk dengan cara militer.
Bagi Barat, aturan berbasis tatanan adalah hak prerogatif yang dirampas untuk melanggar hukum internasional.
“Hasil dari tindakan NATO sudah diketahui dengan baik – proliferasi sarang ketidakstabilan, penghancuran negara, terorisme yang merajalela, kejahatan perang yang tidak dihukum, pertumpahan darah warga sipil, termasuk anak-anak, arus pengungsi yang tak ada habisnya,” ungkapnya.
Aliansi NATO diduga tidak mampu untuk beradaptasi dengan situasi geopolitik baru, tuntutan dalam domain keamanan.
Selain itu, Rusia juga mengatakan bahwa AS serta sekutunya berusaha menahan pembentukan pusat-pusat dunia multipolar.
Kementerian tersebut juga menuduh NATO munafik dengan menunjukkan bahwa aliansi tersebut mengatakan Rusia sebagai ancaman.
Namun, Barat diketahui meningkatkan kehadiran militernya dan membangun fasilitas penyimpanan militer di dekat perbatasan Rusia.
Layanan diplomatik menunjukkan bahwa jumlah pasukan di daerah sekitar Rusia meningkat menjadi 300.000 dan tidak ada yang menyangkal bahwa sistem pertahanan udara dikerahkan melawan Rusia.
“NATO secara konsisten menurunkan ambang penggunaan kekuatan dan memperkuat komponen nuklir dalam perencanaan militer,” ungkapnya, seperti dilansir dari AA, Kamis (13/7/2023).
Sementara itu, Rusia juga mengatakan bahwa Ukraina menjadi ujung tombak perang NATO melawan negara dan dijanjikan keanggotaan dan senjata jarak jauh.
Pada saat yang sama, Georgia, Bosnia dan Herzegovina dan Moldova berada di urutan berikutnya untuk bergabung dengan barisan aliansi tersebut.
Selain itu, Finlandia dan Swedia diterima dengan cara yang dipercepat, dan Kutub Utara sedang dimiliterisasi.
“Timur Tengah dan Afrika telah dinyatakan sebagai zona kepentingan strategis di mana Washington dan sekutunya berusaha memaksakan perintah mereka sendiri dan menyedot sumber daya sesuai dengan pola neokolonial yang telah terbukti.”
“NATO memperluas tentakelnya di kawasan Indo-Pasifik dengan dalih fiktif bahwa perkembangan situasi di sana ‘dapat secara langsung memengaruhi keamanan Euro-Atlantik’,” ungkap kementerian tersebut.
Lebih lanjut, Kementerian Rusia menekankan bahwa hasil KTT Vilnius akan dianalisis dengan cermat.
“Dengan mempertimbangkan tantangan dan ancaman yang teridentifikasi terhadap keamanan dan kepentingan Rusia, kami akan menanggapi secara tepat waktu dan tepat dengan menggunakan semua cara dan metode yang kami miliki. Selain keputusan yang telah diambil, kami akan terus memperkuat organisasi militer dan sistem pertahanan negara,” ungkapnya.[res]