(IslamToday ID)— Utusan Korea Utara untuk PBB Kim Song mengatakan AS setuju untuk mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir di perairan Korea Selatan pada bulan April yang memicu kekhawatiran.
“Amerika Serikat berisiko mendorong situasi di Asia “ke ambang perang nuklir” dengan tindakannya,” ungkap utusan Korea Utara untuk PBB Kim Song, seperti dilansir dari Sputniknews, Sabtu (15/7/2023).
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang diadakan pada hari Kamis (13/7/2023) mengenai uji ICBM minggu ini oleh Korea Utara, Kim bersikeras bahwa peluncuran tersebut tidak berdampak negatif pada keamanan negara-negara tetangga.
Menurut diplomat Korea Utara itu, provokasi militer yang dilakukan oleh AS dan pengikutnya terhadap Pyongyanglah yang berdampak negatif pada situasi di kawasan.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa pola keamanan militer di Semenanjung Korea mencapai fase krisis nuklir setelah era Perang Dingin.
Kim Song mengatkana pada bulan April, Amerika Serikat merancang ‘Deklarasi Washington’, sebuah platform untuk pertarungan nuklir dengan DPRK.
“Sebagai tindak lanjut, AS secara terbuka berencana untuk merundingkan penggunaan senjata nuklir terhadap negara kita melalui pertemuan ‘Kelompok Konsultatif Nuklir’ AS-Korea Selatan yang akan menjadi badan induk AS-Jepang-Korea Selatan ‘Aliansi Nuklir Tripartit’,” ungkap Kim.
Dia juga berpendapat bahwa AS melakukan manuver yang secara efektif mengakibatkan situasi berada “ke ambang perang nuklir.”
AS diduga menyebarkan kapal selam nuklir dan pembom nuklir strategis nuklir yang sering dilakukan di dan sekitar Semenanjung Korea,” serta AS yang melakukan “latihan militer gabungan skala besar” di daerah tersebut.
Untuk diketahui, pada hari Rabu, Korea Utara menguji rudal balistik antarbenua terbarunya, Hwasong-18.
Rudal berbahan bakar padat berhasil menempuh jarak sedikit lebih dari 1.000 kilometer sebelum menyelam ke perairan Laut Jepang.
Kembali pada bulan April, Amerika Serikat dan Korea Selatan setuju untuk mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir AS di perairan Korea Selatan, meskipun itu tidak berarti bahwa Seoul akan melanggar kewajibannya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
Namun, awal tahun ini, pada bulan Januari, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyarankan agar Korea Selatan mempertimbangkan untuk memperoleh senjata nuklirnya sendiri atau meminta Amerika Serikat untuk mengerahkan kembali hulu ledak nuklir AS di tanah Korea Selatan.
Sementara itu, AS awalnya menempatkan hulu ledak nuklirnya di Korea Selatan pada tahun 1958 di tengah Perang Dingin dan terus meningkatkan jumlahnya selama bertahun-tahun.[res]