(IslamToday ID)—Rusia meluncurkan rudal jelajah besar-besaran dan serangan drone bunuh diri ke sasaran di Ukraina pada hari Selasa (18/7/2023).
Kementerian Rusia mengatakan bahwa serangan tersebut merusak infrastruktur militer, depot bahan bakar, stok senjata, dan pangkalan udara termasuk di antara target yang diidentifikasi oleh militer Rusia dalam pengarahan hariannya.
Serangan itu dilakukan dengan menggunakan senjata presisi tinggi yang diluncurkan dari laut dan udara.
“Semua target yang ditentukan berhasil dicapai dan tujuan serangan tercapai,” ungkap pihak rusia, seperti dilansir dari RT, Rabu (19/7/2023).
Rekaman yang beredar online menunjukkan ledakan besar di sekitar Odessa, termasuk di pelabuhan Laut Hitamnya.
Pejabat Ukraina mengklaim serangan itu juga menimbulkan kerusakan pada infrastruktur sipil, dengan walikota kota, Gennadiy Trukhanov.
Lebih lanjut, dia mengatakan serangan itu adalah yang terbesar sejak awal permusuhan. Dia menggambarkan suasana di kota “mengerikan”. .
“Kota pelabuhan Chernomorsk, yang terletak sekitar 20 km selatan Odessa, mengalami kehancuran yang sangat parah dalam semalam,” menurut Menteri Pertanian Ukraina Nikolay Solskiy.
Sekitar 60 ton biji-bijian hancur di sana, sementara kerusakan pelabuhan akan memakan waktu sekitar satu tahun untuk diperbaiki.
Untuk diketahui, serangan jarak jauh yang meningkat terjadi setelah Rusia menarik diri dari apa yang disebut kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang disepakati pada Juli 2022.
Prakarsa yang difasilitasi oleh PBB dan Türkiye itu mencabut blokade laut di pelabuhan Laut Hitam Ukraina, memfasilitasi ekspor biji-bijiannya.
Tak satu pun dari janji yang dibuat untuk Rusia di bawah kesepakatan itu, seperti pencabutan sanksi dan memungkinkan ekspor biji-bijian dan pupuknya, pernah dipenuhi.
Pengakhiran kesepakatan itu bertepatan dengan serangan baru Ukraina di Jembatan Krimea yang strategis.
Ledakan itu menewaskan pasangan sipil Rusia dan melukai putri mereka yang berusia 14 tahun.
Insiden itu digambarkan oleh pejabat tinggi Rusia sebagai “serangan teroris,” dengan Presiden Vladimir Putin bersumpah untuk membalas.(res)