(IslamToday ID)—Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Rabu memperingatkan bahwa penghentian kesepakatan biji-bijian Laut Hitam ancam pangan global dan menyebabkan harga melonjak, terutama di negara-negara miskin.
“Penghentian ini berdampak pada pasokan makanan ke negara-negara yang sangat bergantung pada pengiriman dari Ukraina, khususnya di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan,” kata juru bicara IMF seperti dikutip Reuters.
“Ini memperburuk prospek ketahanan pangan dan berisiko menambah inflasi pangan global, terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah.”
Juru bicara mencatat bahwa kesepakatan itu telah menjadi faktor penting bagi ketahanan pangan global, yang membantu memfasilitasi ekspor biji-bijian dan pupuk dari Ukraina ke pasar global, sehingga mengurangi tekanan pada harga pangan internasional.
Moskow mengumumkan keputusannya untuk mengakhiri kesepakatan biji-bijian karena kegagalan pihak lain untuk memenuhi komitmen mereka terkait ekspor pertanian Rusia.
Inflasi Kenaikan Pangan Global Terjadi di Seluruh Dunia
Inflasi pangan telah terjadi di Inggris ketika harga komoditas yang naik.
Dimana ada beberapa hal yang mendorong inflasi ini diantaranya perang Rusia – Ukraina yang sedang berlangsung mengancam pasokan biji-bijian dalam jumlah besar.
Untuk gandum, Rusia dan Ukraina masing-masing adalah pengekspor terbesar di dunia.
Meskipun telah ada kesepakatan untuk memungkinkan ekspor Ukraina mencapai pasar, hal itu tunduk pada keinginan Rusia. Ukraina juga merupakan pemasok besar biji-bijian kasar (jagung) dan minyak sayur (bunga matahari) dengan sekala besar.
Alasan terakhir dan terpenting adalah bahwa China berubah menjadi pengimpor makanan dengan skala besar.
China berubah menjadi importir jagung setelah masalah dengan Flu Babi Afrika – tetapi meskipun sebagian besar terkendali, dan upaya besar oleh pemerintah China untuk mengurangi ketergantungan pada AS, China tetap menjadi salah satu pasar terbesar untuk ekspor Jagung AS.
Implikasi lain dari beralihnya China menjadi tujuan importir pangan adalah juga negara ini sekarang menjadi importir beras.
Pasar beras dunia semakin bergantung pada India dan Thailand sebagai pemasok. Perhatikan, meskipun China tercatat mengekspor 2 juta ton beras, namun saat ini mereka juga mengimpor 5 juta ton, menjadikannya pengimpor beras terbesar di dunia.
India adalah produsen beras berbiaya rendah.
Dengan India membatasi ekspor beras, harga beras Thailand telah naik lagi, dan kembali ke level yang terlihat pada tahun 2021.
Selama lonjakan harga jagung yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, banyak petani menggunakan beras sebagai pangan utama karena lebih murah.
Harga beras yang lebih tinggi kemungkinan besar akan mempengaruhi harga gabah yang lebih tinggi
Larangan ekspor beras India kemungkinan akan menyebabkan inflasi makanan kembali terjadi di dunia – yang kemungkinan akan memberi tekanan pada biji-bijian lainnya.
Situasi ini memperlihatkan bagaimana krisis makanan cepat atau lambat akan semakin memburuk bila negara-negara yang berkonflik tidak menemukan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi. [sya]