(IslamToday ID)—Pasukan Amerika Serikat (AS) di Niger membatasi pergerakan mereka dan massif mengamati situasi menyusul kudeta pasukan militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum.
“Pasukan pertahanan dan keamanan … telah memutuskan untuk mengakhiri rezim,” kata Mayor Kolonel Amadou Abdramane , juru bicara kelompok yang merebut kekuasaan, yang menamakan dirinya Dewan Nasional Perlindungan Tanah Air.
Keesokan harinya, militer Niger mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka mendukung kudeta tersebut.
“Komando militer angkatan bersenjata Niger telah memutuskan untuk menyetujui deklarasi Pasukan Pertahanan dan Keamanan untuk menghindari konfrontasi mematikan antara berbagai pasukan,” kata sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh kepala staf angkatan bersenjata Niger, Jenderal Abdou. Sidikou Issa.
AS mengutuk pengambilalihan militer dan mendukung Bazoum tetapi telah berhenti secara resmi menyebutnya kudeta.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken memang memperingatkan bahwa kemitraan AS dengan negara itu bergantung pada “pemerintahan demokratis dan penghormatan terhadap supremasi hukum.”
AS diketahui memiliki kehadiran militer yang signifikan di Niger, dengan setidaknya 1.016 tentara di negara tersebut. AS membangun pangkalan drone utama di Niger, Pangkalan Udara 201, yang menampung drone bersenjata MQ-9 Reaper dan mendukung operasi propaganda AS berupa misi kontraterorisme di Afrika.
Namun, The Intercept, jurnalis Nick Turse menyebut misi kontraterorisme AS di Afrika telah gagal total.
Bahkan ia menjelaskan bahwa operasi kontraterorisme AS aalah semakin menciptakan kekacauan di Afrika.
Karena menurut data pada tahun 2002 dan 2003, Departemen Luar Negeri AS hanya menghitung sembilan serangan teroris di seluruh Afrika namun setelah kehadiran AS tingkat serangan meningkat tajam.
“Tahun lalu, jumlah peristiwa kekerasan di Burkina Faso, Mali, dan Niger barat saja mencapai 2.737, menurut laporan Pusat Kajian Strategis Afrika, sebuah lembaga penelitian Departemen Pertahanan. Ini merupakan lompatan lebih dari 30.000 persen sejak AS memulai upaya kontraterorismenya,” tulis Turse.
Turse juga mencatat setidaknya 10 kudeta diluncurkan di Afrika Barat sejak 2008 yang dipimpin oleh tentara yang dilatih AS, termasuk di Burkina Faso, Mali, Gambia, Guinea, dan Mauritania dan ada indikasi bahwa tentara yang mengambil alih kekuasaan di Niger telah menerima pelatihan AS. [sya]