(IslamToday ID)—Raksasa industri Eropa, Jerman, adalah salah satu negara yang paling terpukul oleh sanksi Barat terhadap energi dan ekonomi Rusia.
Jerman harus menghadapi produksi industri turun dan negara itu tenggelam ke dalam resesi pada awal 2023 setelah kehilangan akses ke pasokan energi Rusia yang murah.
Para pemimpin bisnis, administrasi, dan pemerintah Jerman mengungkapkan ketidakpuasan yang meluas terhadap kebijakan energi dan ekonomi pemerintah. Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa ekonomi mungkin akan semakin memburuk.
Sebuah survei untuk media Jerman oleh Allensbach Institute for Public Opinion Research terhadap 484 anggota dewan perusahaan, direktur pelaksana, menteri pemerintah dan pembuat keputusan senior lainnya dimana 76% orang tidak puas dengan kebijakan ekonomi pemerintahan Jerman saat ini.
Di antara lima masalah teratas yang disebutkan sebagai penghambat daya saing Jerman adalah biaya energi yang tinggi (77%), kekurangan pekerja terampil (70%), peraturan pemerintah yang berlebihan (68%), program digitalisasi yang tertinggal (65%) dan infrastruktur yang runtuh (61 %).
Kepuasan terhadap pemerintah telah turun dari 62% pada tahun 2022 menjadi 21% sekarang, dengan 65% responden menyatakan bahwa kebijakan koalisi “melemahkan negara”, dengan hanya 22% yang memperkirakan ekonomi akan meningkat lagi.
Perekonomian Jerman secara resmi memasuki resesi pada Mei setelah pertumbuhan ekonomi menyusut 0,3% dalam tiga bulan pertama tahun 2023.
Menyusul perang Rusia-Ukraina, Jerman harus menghadapi semua masalah seperti inflasi tinggi dan kenaikan harga energi akibat daro keputusan untuk memisahkan diri dari Rusia secara ekonomi.
Bulan lalu, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengumumkan bahwa pemotongan anggaran telah memaksa Berlin untuk menangguhkan kontribusi tambahan untuk anggaran Uni Eropa.
Jerman adalah pemasok utama ke negara-negara Eropa lainnya dan pembeli utama, yang berarti bahwa penurunan ekonomi Jerman yang berkepanjangan akan secara signifikan memengaruhi Prancis, Italia, Spanyol, Belgia, Belanda, dan blok yang lebih luas.
Jika krisis energi ini berlangsung hingga tahun mendatang, ekonomi negara-negara tersebut juga akan mengalami resesi, yang pada gilirannya akan semakin melemahkan ekonomi Eropa.
Selain Jerman, Prancis juga mengalam tahun-tahun yang buruk sejak November 2020, bahkan lebih dari Jerman. Di Prancis, sektor manufaktur, khususnya jasa, mengalami penurunan drastis.
“Data menunjukan penurunan ekonomi yang nyata, menunjukkan penurunan aktivitas bisnis paling tajam sejak November 2020” kata Norman Liebke, ekonom di Hamburg Commercial Bank.
Liebke menyarankan untuk Eropa melakukan pencabutan sanksi terhadap Rusia karena telah terbukti tanpa keraguan bahwa sanksi terhadap Rusia telah menjadi bumerang dan mempengaruhi UE jauh lebih buruk.[sya]