(IslamToday ID)—Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan “kekahawatiran” terhadap perbaikan hubungan antara Beijing dan Moskow, kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Vedant Patel.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Pentagon mengirimkan kapal perang untuk menghadapi kapal China dan Rusia yang terlibat dalam latihan angkatan laut bersama.
Selama konferensi pers pada hari Selasa (15/8/2023), Patel membicarakan pertemuan puncak yang akan datang antara AS, Jepang, dan Korea Selatan, yang diperkirakan akan sangat berfokus pada Republik Rakyat Tiongkok.
Ketika ditanya apakah pertemuan ini bisa merugikan upaya AS untuk “memulihkan saluran komunikasi” dengan Beijing, Patel menjawab dengan nada negatif, namun ia kemudian mengungkapkan kekhawatiran tentang hubungan Rusia-China.
“Kami juga telah jelas mengungkapkan kekhawatiran terus-menerus tentang hubungan yang semakin erat antara PRC dan Rusia serta langkah-langkah yang mereka ambil. Jadi saya rasa hal-hal ini bukanlah sesuatu yang nol-sum. Kita bisa terus mengejar semua hal ini dengan tepat,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (16/8/2023)
Pernyataan Patel datang tidak lama setelah Washington mengirimkan beberapa kapal perusak peluru kendali untuk mengawasi patroli angkatan laut Rusia-China, yang telah berlayar di dekat pantai Alaska selama latihan militer bersama.
Beberapa anggota parlemen Partai Republik menyebut insiden ini sebagai “penyusupan,” dengan Senator Alaska, Dan Sullivan, mengatakan bahwa AS harus menghadapi “agresi otoriter.”
Di sisi lain, Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, bersikeras bahwa “tindakan ini tidak ditujukan kepada pihak ketiga mana pun dan tidak memiliki hubungan dengan situasi internasional dan regional saat ini,”
Pernyataan itu tampaknya mengacu pada konflik di Ukraina dan ketegangan antara Washington dan Beijing mengenai Taiwan.
Sementara itu, Moskow mengatakan Angkatan Laut Rusia akan terus bekerja sama dengan rekan-rekan China, mencatat bahwa patroli bersama ini melintasi Laut Jepang, Selat La Perouse, Laut Okhotsk, dan Selat Kamchatka.
Dengan Rusia menjadi salah satu mitra perdagangan utama China, pejabat AS juga telah mengkritik hubungan ekonomi yang semakin berkembang antara Rusia dan China.
Meskipun Gedung Putih telah berulang kali menuduh Beijing membantu Moskow dalam konflik di Ukraina, Republik Rakyat Tiongkok bersikeras bahwa mereka hanya “melakukan kerja sama ekonomi dan perdagangan normal dengan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Rusia.”
Kementerian Luar Negeri Tiongkok juga berpendapat bahwa hubungan bilateral dengan Moskow “tidak ditujukan kepada pihak ketiga, dan juga tidak tunduk pada campur tangan dan paksaan dari pihak ketiga,” serta mendesak Washington untuk memperhatikan urusannya sendiri.(res)