(IslamToday ID)—ASEAN akan mengadakan latihan angkatan laut bersama pertamanya sebagai sebuah blok aliansi bulan depan.
Ini akan menjadi tonggak penting pada saat kelompok itu menghadapi tantangan bagi kepentingannya dan sentralitas diplomatiknya di kawasan Asia-Pasifik, termasuk berada di pusaran persaingan Amerika Serikat-China.
Selain itu krisis yang sedang berlangsung di Myanmar, menjamurnya forum-forum alternatif termasuk AUKUS dan Quad, pembicaraan tentang kantor NATO di Jepang dan, tentu saja, tindakan China di Laut China Selatan.
Latihan yang akan datang bisa menjadi pernyataan yang lebih berani dan tegas untuk mengatasi persoalan-persoalan ini.
Indonesia, sebagai ketua ASEAN, awalnya mengusulkan diadakannya latihan di Laut China Selatan.
Sayangnya, karena penentangan Kamboja, latihan tersebut dialihkan ke wilayah di luar klaim luas China di Laut China Selatan. Kamboja dikatakan berpendapat bahwa lokasi awal latihan, di Laut Natuna Utara, tidak akan membuat China kesal.
Keputusan untuk mengalihkan latihan tersebut merupakan pukulan kecil bagi ambisi ASEAN untuk meningkatkan kerja sama keamanan tetapi seharusnya tidak menghalangi ASEAN untuk melakukan latihan angkatan laut kolektif Asia Tenggara lainnya di perairan yang termasuk dalam “garis sembilan putus” China.
Latihan semacam itu tidak hanya masuk akal dari perspektif kebijakan dan hukum internasional tetapi juga memperkuat salah satu niat awal di balik pendirian ASEAN pada tahun 1967, dan mengatasi kebutuhannya saat ini untuk menegaskan kembali sentralitas blok tersebut.
ASEAN didirikan sebagai benteng untuk mencegah intervensi dan campur tangan kekuatan besar di wilayah tersebut.
Namun, dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, telah terjadi intervensi yang signifikan di Laut China Selatan.
Sebagai contoh tindakan untuk mengisolasi China oleh Barat di Laut China Selatan telah mendorong meningkatnya aktivitas angkatan laut di wilayah tersebut.
Banyak negara ASEAN yang mengeluhkan atau merasa tidak nyaman dengan aktivitas ini.
Latihan Bersama ASEAN Untuk Lawan Intervensi Asing?
Agar latihan bersama ASEAN ini berhasil, latihan tersebut hanya perlu melibatkan anggota ASEAN, karena setiap partisipasi dari luar akan merusak. Seperti yang awalnya diusulkan Indonesia, itu juga harus dijalankan sebagai latihan bantuan kemanusiaan daripada sesuatu yang lebih “militer” secara terang-terangan.
Latihan semacam itu tidak akan menyelesaikan klaim teritorial Laut China Selatan atau mencegah China untuk terus menegaskan klaimnya. Juga tidak akan mengakhiri perpecahan blok atas Myanmar atau masalah lainnya.
Namun, hal itu akan meningkatkan kredibilitas ASEAN yang semakin berkurang, sambil menolak klaim China terhadap wilayah teritorial ASEAN.
Jika latihan awal berhasil dilakukan, itu dapat mengarah pada latihan reguler, dalam pengertian itu, itu bisa mengurangi ketegangan dan “gangguan” kekuatan besar di wilayah tersebut.
Pertanyaan besarnya, tentu saja, bagaimana Indonesia dan para pendukung lainnya dapat mengatasi keberatan Kamboja, dan mungkin negara anggota lainnya.
Mungkin diskusi lebih lanjut di dalam blok dapat menghasilkan rencana yang dapat diterima oleh semua anggota.
Jika perpecahan tetap ada, maka Indonesia, sebagai ketua ASEAN, dapat menyelenggarakan latihan angkatan laut yang terbuka bagi setiap anggota blok yang ingin berpartisipasi.
Ini mungkin termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam dan idealnya Thailand, setidaknya.
Pendekatan “minilateral” seperti itu tidak biasa tetapi dapat dilakukan, khususnya jika tidak ada kekuatan eksternal yang terlibat.
Jika perlu, negara-negara yang berpartisipasi dalam latihan Laut China Selatan dapat menyebutnya sebagai latihan ASEAN “informal” untuk menghindari kurangnya konsensus.
Jika keenam negara tersebut semuanya berpartisipasi, hal itu masih akan mengirimkan sinyal kuat bahwa ASEAN dapat, secara formal maupun informal, tetap bertindak atas isu-isu kritis.
ASEAN memiliki kesempatan untuk mengambil langkah signifikan yang sejalan dengan tujuan awalnya dan yang akan berbuat banyak untuk memperkuat posisinya, dan bahkan mungkin mengurangi ketegangan kekuatan besar di Laut Cina Selatan.
Indonesia dan anggota ASEAN lainnya yang berpikiran sama harus memanfaatkan kesempatan ini dan mewujudkannya.
Artikel ini adalah analisis terjemahan dari Scot Marciel dengan judul “ASEAN shouldn’t give up on idea of South China Sea naval drill” yang diterbitkan oleh Asia.nikkei.com [sya]