(IslamToday ID)—Serangan NATO/Uni Eropa (UE) terhadap pasokan gas Rusia ke Eropa, pengeboman Amerika Serikat (AS) terhadap jalur pipa Nordstream ke Jerman dan sanksi perdagangan terhadap Rusia telah menghilangkan pasar ekspor Jerman dan menciptakan krisis ekonomi bagi negara maju ini.
Selain itu tindakan NATO, UE, dan AS meningkatkan biaya energi untuk industri Jerman sehingga membuat industri Jerman dalam keadaan kritis khususnya industri bahan kimia, mobil, dan teknik.
Ditambah dengan kenaikan besar dalam biaya pinjaman, tidak mengherankan jika Kantor Statistik Federal Jerman mengumumkan bahwa hampir seperempat (23,8%) lebih banyak perusahaan mengajukan kebangkrutan pada Juli 2023.
Ketika Jerman sangat menderita, UE secara keseluruhan juga menderita dan produksi industri Prancis juga runtuh:
Bahkan saat bencana ekonomi ini terjadi, pemerintah Jerman (yang telah menyumbangkan $22 miliar ke Ukraina dalam bentuk keuangan dan persenjataan) berkomitmen untuk menambah $5 miliar per tahun hingga tahun 2027 ke Ukraina.
Dengan demikian upaya ini akan membantu mengobarkan perang yang menyebabkan kejatuhan industri mereka sendiri.
Deindustrialisasi Jerman
“Kami menyaksikan awal deindustrialisasi Jerman [dan dengan demikian Eropa]”. kata “Institut Ekonomi Jerman” terkemuka.
Lembaga yang sama juga melaporkan bahwa kemampuan Jerman untuk menarik investasi bisnis mengalami penurunan yang “mengkhawatirkan” tahun lalu, ketika lebih dari €135 miliar investasi asing langsung mengalir keluar dari negara tersebut dan hanya €10,5 miliar yang masuk.
Jerman juga mengalami peningkatan biaya listrik tertinggi di Eropa, karena koalisi yang dipimpin Sosial Demokrat menuntut “tenaga bersih” yang lebih mahal.
Contohnya, Jerman berencana untuk membangun infrastruktur yang luas untuk mengimpor hidrogen yang mahal dari negara-negara seperti Australia, Kanada, dan Arab Saudi, tetapi teknologinya sama sekali tidak terjamin terutama pada tingkat impor yang diperlukan untuk menyelamatkan Jerman dari krisis energi.
Selanjutnya, industri mobil Jerman sedang dalam krisis, dengan produksi pabrikan utamanya turun drastis antara 2019 dan 2023: VW turun 23%. Audi turun 8,4%, BMW turun 10% dan Mercedes turun 31%:
Dari total ekspor Jerman ke China sebesar $113 miliar, $30 miliar adalah mobil, tetapi ekspor tersebut menghadapi persaingan sengit dari produsen mobil listrik China maupun di Eropa.
Di Perbankan Dua bank terdaftar terbesar di Jerman – Deutsche Bank AG dan Commerzbank AG telah mengalami krisis selama bertahun-tahun dan kapitalisasi pasar gabungan mereka kurang dari sepersepuluh dari JPMorgan Chase.
Kepala Asosiasi Pengusaha di Rhine-Westphalia Utara khawatir negara ini berada pada titik berbahaya. Hampir sepertiga perusahaan menengah Jerman berpikir untuk mentransfer produksi dan pekerjaan ke luar negeri bila situasi ini krisis ini terus berlanjut.
Patut diketahui, Jerman adalah inti geografis, bisnis, dan keuangan UE dan penjamin utama mata uang Euro.
Sebagai pusat sistem kliring untuk mata uang dan klaim target yang sangat besar lebih dari satu triliun Euro pada negara anggota lainnya, maka dapat disimpulkan krisis bagi Jerman dapat berubah menjadi runtuhnya Euro.
Serangan sanksi terhadap Rusia, eksploitasi Ukraina sebagai pendobrak militer terhadap Rusia, sanksi perdagangan yang menghancurkan , penghancuran jaringan pipa Nordstream, aliansi Rusia-Tiongkok yang berkembang, dan meningkatnya daya saing industri Tiongkok telah memukul keras kemajuan Jerman saat ini. [sya]