(IslamToday ID)—Pada tahun 1971 di New York Times, Jacques Cousteau menulis tentang kerusakan yang terjadi pada lautan dan terumbu karang di dunia telah mencapai tingkat yang “mengerikan”.
Namun, pada tahun itu tidak ada yang mendengarkannya. Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang melakukan apa pun. Namun, yang terjadi sekarang, seperti yang diperingatkan Cousteau telah terjadi, lautan kita sudah dalam kondisi rusak yang parah.
Menurut data lebih dari 90% terumbu karang di Bumi akan mengalami kerusakan dalam 25 tahun ke depan.
Yang lebih mengerikan sekitar 96% dari semua kehidupan laut, ikan besar dan kecil akan terdampak pada krisis alam ini.
Penyebabnya jelas: pemanasan global yang cepat dan ekstrim yang disebabkan oleh manusia, polusi, dan perburuan yang berlebihan. .
Sebuah studi baru menyimpulkan ada kemungkinan 95% Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), sebuah sistem arus laut termasuk Arus Teluk yang membawa air hangat dari daerah tropis ke Atlantik Utara, akan bermasalah antara tahun 2025 dan 2095.
Hal ini karena diblokir oleh air dingin yang dibuang ke bagian utara lautan dari gletser yang mencair dan lapisan es. Tanpa AMOC, paling cepat dua tahun dari sekarang dan paling lambat tahun 70, Eropa akan dapat terkena banjir dengan tingkat suhu dingin yang berbahaya.
“Hampir tidak ada yang dilakukan sejak emisi global CO2 tidak berkurang,” kata Greta Thunberg aktivis lingkungan pada konferensi iklim 2020.
Selain itu dia menyebut bahwa para pemangku kebijakan dunia tidak melakukan langkah konkret untuk menyelesaiakan masalah iklim ini.
Artikel ini adalah terjemahan dari Kolumnis Ted Rall yang diterbitkan di Sputniknews.com dengan judul “We Came, We Dithered & We Died”[sya]