(IslamToday ID)—Poin yang benar-benar menonjol dalam agenda ekspansi BRICS adalah banyaknya anggota baru dari kawasan Teluk Persia (Arab Saudi, UEA, dan Iran) yang kaya minyak bergabung dengan aliansı ini.
Jadi, apa rencana BRICS untuk menggabungkan tiga negara adidaya energi paling penting di dunia?
Putin telah berulang kali menyuarakan penilaian Rusia bahwa dalam jangka panjang, perekonomian dunia, termasuk perekonomian negara-negara barat, tidak akan bisa berjalan tanpa hidrokarbon sebagai sumber energi utama untuk menjalankan alat produksi yang efisien dan hemat biaya.
Rusia dan Arab Saudi sendiri menyumbang seperempat produksi minyak dunia. Selain itu, Rusia dan Iran memiliki cadangan gas pertama dan terbesar kedua di dunia.
Saat ini ketiga negara penghasil minyak ini terbuka untuk memperdagangkan minyak dalam mata uang non-dolar padahal sebelumnya Saudi maupun UEA terus coba dikontrol Barat untuk setiap perdagangan minyak mereka, tapi di era baru ini keduanya mulai menolak penggunaan dolar.
Situasi ini terjadi karena kedua negara ini melihat apa yang dilakukan AS terhadap Rusia tahun lalu dengan menyita cadangan devisa negaranya yang bernilai ratusan miliar dolar menimbulkan gelombang kejutan di seluruh negara petrodolar di Teluk Persia dan sekitarnya.
Proses De-dolarisasi Terus Berlanjut
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan kepuasannya beberapa minggu yang lalu bahwa proses de-dolarisasi dalam perekonomian global “berjalan tanpa henti.
Penggunaan mata uang nasional telah menjadi kenyataan saat ini, kenyataan yang berkembang dalam skala global.
Terbukti, pada bulan Juli, India dan UEA menandatangani perjanjian untuk menyelesaikan perdagangan dengan rupee dan bukan dolar, sehingga meningkatkan upaya India untuk mengurangi biaya transaksi dengan menghilangkan konversi dolar.
Semua indikasi menunjukkan kemungkinan pembentukan mata uang tunggal BRICS yang dibahas dalam diskusi di Johannesburg. P
utin merujuk hal ini dalam pernyataan medianya, dengan mengatakan: “Saya percaya bahwa mata uang tunggal pasti patut mendapat perhatian kita. Ini adalah masalah yang kompleks, namun kita harus bergerak ke arah penyelesaiannya dengan satu atau lain cara.”
Ada kemungkinan besar bahwa diskusi yang rumit ini akan berlanjut hingga dua KTT BRICS berikutnya pada tahun 2024 dan 2025 di bawah kepemimpinan Rusia dan Brasil, dua negara anggota yang mendukung gagasan mata uang bersama.
Singkatnya, dengan masuknya tiga negara penghasil minyak utama di Teluk Persia, BRICS 2023 akan menandai awal dari keruntuhan petrodolar.
Ini adalah langkah besar menuju dunia multipolar. Mekanisme penyelesaian yang baru, mata uang bersama, dan lain-lain, akan terus melengserkan dolar, membebaskan perekonomian dunia dari cengkeraman AS.
Memperkuat Dunia Selatan
Selain penentangan terhadap Petro-dolar alasan lain di balik BRICS menerima tiga negara penghasil minyak di Asia Barat karena pentingnya konektivitas regional dengan benua Afrika, yang dianggap oleh Rusia dan Tiongkok sebagai titik puncak perekonomian bersejarah.
Pada tahun 2050, belanja manufaktur saja diperkirakan mencapai $1 triliun di Afrika, sehingga menawarkan peluang yang sangat besar bagi bisnis global.
Namun integrasi intra-Afrika yang efektif akan sangat penting bagi transformasi ekonomi di benua tersebut.
Rusia berharap dapat menghubungkan kawasan Teluk Persia dengan Koridor Transportasi Internasional Utara-Selatan, jaringan multi-moda kapal, kereta api, dan rute jalan raya sepanjang 7.200 km untuk memindahkan barang, dan memperluasnya lebih jauh ke pasar Afrika.
Moskow sedang berdiskusi dengan Kairo mengenai pembentukan zona ekonomi khusus di sekitar Terusan Suez. Arab Saudi sedang memperluas jaringan kereta api yang menghubungkan utara dan selatan. Serangkaian pelabuhan baru sedang direncanakan di sepanjang garis pantai Saudi dan Emirat.
Proyek ini tentunya akan membuat Dunia Selatan yang lebih terintegrasi satu sama lain. [sya]