(IslamToday ID)—Peta baru China mendapatkan kecaman dari banyak negara di kawasan Asia-Pasifik khususnya di ASEAN.
Peta baru itu mengklaim sebagian besar Laut China Selatan. Namun, klaim baru ini tidak hanya area itu saja, China pun memasukan sebagian wilayah India dan Rusia yang diperebutkan.
Keberatan hingga kecaman resmi dari banyak negara pun terus berlanjut lalu, mengapa peta China itu sangat dikecam banyak pihak?
Dalam peta tersebut, China dengan jelas menunjukkan sembilan garis putus-putus, mendemarkasi klaim perbatasan lautnya dan mengklaim hampir keseluruhan Laut China Selatan.
Pada ujung timur laut China di perbatasan dengan Rusia, terlihat Pulau Bolshoy Ussuriysky, sebuah pulau di pertemuan sungai Amur dan Ussuri, sebagai wilayah Cina. Padahal negara-negara tersebut menandatangani perjanjian hampir 20 tahun yang lalu untuk membagi pulau tersebut.
Sedangkan sepanjang perbatasan selatan dengan India, terlihat Arunachal Pradesh dan Dataran Tinggi Doklam pun diklaim.
Area itu dimasukan bersama dengan Aksai Chin di bagian barat yang dikuasai China tetapi masih diklaim oleh India.
Bagaimana reaksi negara-negara lain?
Klaim China yang sudah berlangsung lama di Laut Cina Selatan telah menyebabkan ketegangan dengan Indonesia, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Semua negara itu memiliki klaim yang saling bertabrakan.
Sedangkan China dan India berperang memperebutkan perbatasan pada 1962. Sengketa perbatasan tersebut telah menyebabkan perselisihan selama tiga tahun antara puluhan ribu tentara India dan Cina di wilayah Ladakh. Bentrokan tiga tahun lalu di wilayah tersebut menewaskan 20 tentara India dan empat tentara Cina.
Setelah peta terbaru China tersebut dirilis, India membalas terlebih dahulu dengan mengatakan bahwa klaim itu tidak memiliki dasar hukum. New Delhi pun mengajukan keluhan resmi melalui saluran diplomatik sehari setelah perilisan peta tersebut.
“Langkah-langkah pihak Cina seperti itu hanya mempersulit penyelesaian masalah perbatasan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi.
Malaysia kemudian menolak klaim sepihak Cina dan menyebut peta tersebut tidak mengikat bagi negaranya. Vietnam, Taiwan, Indonesia, dan Filipina juga mengikuti langkah serupa.
Vietnam mengatakan, klaim tersebut melanggar kedaulatannya atas kepulauan Paracel dan Spratly serta yurisdiksi atas perairannya. Peta Cina itu pun harus dianggap batal karena melanggar Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Hanoi juga Menggambarkan betapa provokatifnya sembilan garis putus-putus.
Dalam tanggapan terhadap peta tersebut, Departemen Luar Negeri Filipina mengutip keputusan pengadilan arbitrase di Den Haag berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB pada 2016. Dalam kesempatan itu sebagian besar membatalkan klaim China atas hampir seluruh Laut China Selatan dan menjunjung tinggi Filipina atas kendali sumber daya di zona ekonomi eksklusif sepanjang 322 km di laut.
Sedangkan Rusia belum memberikan tanggapan. Moskow saat ini sangat mementingkan dukungan China dalam perangnya melawan Kiev.
Apa yang dikatakan China?
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menghindari pertanyaan mengenai hal spesifik dari sembilan garis putus-putus dan alasan menggunakan garis putus-putus ke-10 dalam beberapa tahun terakhir.
Dia hanya mengatakan, bahwa sikap China terhadap Laut Cina Selatan adalah konsisten dan jelas.
Wang juga tidak secara langsung menanggapi protes atas peta tersebut. Dia mengatakan, pembaruan tersebut merupakan praktik rutin setiap tahun dengan tujuan menyediakan peta standar dan untuk mendidik masyarakat agar menggunakan peta sesuai dengan aturan. [sya]