(IslamToday ID)—Minyak melonjak ke level tertinggi di tahun 2023 setelah Saudi dan Rusia mengejutkan dunia dengan pengurangan produksi minyak karena tekanan yang terus dilakukan Amerika Serikat (AS)
Situasi ini terjadi tepat Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1 juta barel per hari selama 3 bulan berikutnya, dari bulan Oktober hingga akhir Desember.
Kantor pers Saudi SPA mencatat bahwa keputusan pemotongan sukarela akan ditinjau setiap bulan untuk mempertimbangkan memperpanjang jangka waktu pengurangan atau meningkatkan produksi.
Perpanjangan pengurangan dimaksudkan untuk memperkuat upaya pencegahan yang dilakukan negara-negara OPEO dengan tujuan mendukung stabilitas pasar minyak.
Dan kemudian, beberapa detik setelah keputusan Saudi, wakil PM Rusia Novak mengatakan Rusia tidak hanya akan memperpanjang pengurangan ekspor minyak hingga akhir tahun ini, namun juga menambah pengurangan minyak sebesar 300kilo barel/hari hingga Desember 2023.
Langkah tersebut adalah selain pengurangan sukarela yang sebelumnya diumumkan oleh Rusia pada bulan April 2023, yang akan berlangsung hingga Desember 2024.
Mirip dengan Saudi, Rusia mengatakan bahwa keputusan untuk mengurangi produksi minyak akan ditinjau setiap bulan untuk mempertimbangkan kemungkinan memperdalam pengurangan atau peningkatan produksi tergantung pada situasi di pasar dunia.
Apa yang dilakukan Rusia ini adalah sebuah balasan setelah satu setengah tahun kebelakang Presiden AS Joe Biden melakukan sanksi dan menjadikan dolar alat perang melawan Rusia, saat ini Biden juga yang harus menerima konsekuensinya saat minyak menjadi senjata paling ampun Rusia untuk jatuhkan AS.
Karena apa yang dilakukan Rusia akan membuat harga minyak AS akan mencapai $100 (Rp 1,6 juta)/Barel, tentunya hal ini akan ciptakan guncangan ekonomi yang mengarah pada krisis industri buruk di AS. [sya]