(IslamToday ID)—KTT ASEAN mempertemukan Perdana Menteri China Li Qiang, Wakil Presiden AS Kamala Harris, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk melakukan pembicaraan yang jarang terjadi di tengah ketegangan hubungan antara ketiga negara besar.
Sorotan akan tertuju pada pembicaraan antara para pejabat dari dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia yaitu China dan AS.
Hal ini mengingat terjadi ketegangan di antara mereka dalam berbagai masalah, mulai dari perselisihan mengenai Taiwan, hubungan dengan Moskow, hingga perebutan pengaruh di Pasifik, beberapa hari mendatang sebelum KTT G20 di New Delhi.
“Saya meminta… para pemimpin KTT Asia Tenggara menjadikan (dari pertemuan ini) sebuah forum untuk memperkuat kerja sama dan bukan untuk memicu persaingan,” ungkap Presiden Indonesia Joko Widodo, seperti dilansir dari Alquds, Kamis (7/9/2023).
Untuk diketahui, Harris mengadakan pembicaraan pribadi dengan para pemimpin Asia Tenggara di mana mereka membahas “pentingnya menegakkan penghormatan terhadap hukum internasional di Laut Cina Selatan”.
Sementara itu, KTT ASEAN akan menjadi kesempatan pertama bagi para pejabat senior Amerika Serikat dan Rusia untuk berkumpul.
Selain itu, hadir jugaPerdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Presiden Korea Selatan Yun Sok Yul, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.
Albanese bertemu dengan mitranya dari China di sela-sela KTT tersebut dan menegaskan bahwa ia akan melakukan kunjungan resmi ke China “akhir tahun ini”, seiring upaya Canberra untuk meningkatkan hubungan dengan Beijing.
Saat berbicara kepada para mitra KTTnya, Perdana Menteri India Modi menekankan pentingnya “membangun tatanan dunia pasca-Covid berdasarkan hukum,” dan menyerukan upaya kolektif untuk mewujudkan kawasan “bebas dan terbuka” di Samudera Hindia dan Pasifik.
Selain itu, Lavrov diperkirakan akan menekankan bahaya perluasan pengaruh NATO di kawasan Asia, menurut apa yang dikatakan Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pengarahan minggu ini.
Menurut para ahli, meskipun KTT ASEAN mempertemukan beberapa negara besar di dunia, kemampuannya untuk menyelesaikan perbedaan regional dan global masih terbatas.
Analis di “Institut Internasional untuk Kajian Strategis” Aaron Connelly mengatakan bahwa partisipasi negara-negara besar “merupakan indikasi kemampuan ASEAN untuk menyatukan para pihak, namun baru-baru ini kita dapat mengatakan bahwa KTT Asia Timur telah melemah, berubah menjadi sebuah Forum Diskusi.”
Dan meskipun pertemuan pada hari Kamis (7/0/2023) lebih banyak melibatkan dimensi geopolitik, negara-negara besar memanfaatkan pertemuan sebelumnya di Jakarta untuk mengkonsolidasikan aliansi mereka dan memberikan tekanan pada blok Asia Tenggara.(res)