(IslamToday ID)—PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 1.200 anak di bawah usia lima tahun meninggal di kamp pengungsi di Sudan akibat kombinasi mematikan dari wabah cacar dan malnutrisi parah.
“Kematian-kematian tersebut terjadi di negara bagian Nil Putih Sudan,” ungkap Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan WHO dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Selasa (19/9/2023).
Menurut tim UNHCR, lebih dari 3.100 kasus mengidap cacar dan tingkat malnutrisi yang tinggi, serta lebih dari 500 kasus diduga mengidap kolera berasal dari bagian lain negara Sudan.
Fasilitas kesehatan kekurangan staf, obat-obatan penyelamat, dan peralatan kritis.
Selain itu, serangan-serangan berulang terhadap rumah sakit dan tim medis telah memperparah tantangan pelayanan, yang memperburuk wabah penyakit dan kematian.
“…puluhan anak-anak meninggal setiap hari – akibat konflik yang menghancurkan ini dan kurangnya perhatian global. Kita dapat mencegah lebih banyak kematian, tetapi perlu uang untuk tanggapan, akses kepada mereka yang membutuhkan, dan yang paling penting, akhir dari pertempuran,” ungkap Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi, seperti dilansir dari RT, Selasa (18/9/2023).
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan para pekerja kesehatan lokal, dengan bantuan dari WHO dan mitra-mitranya, berupaya sekuat tenaga di bawah “kondisi yang sangat sulit” untuk mencegah lebih banyak kematian dan eskalasi wabah.
“Mereka sangat membutuhkan dukungan dari komunitas internasional untuk mencegah kematian lebih lanjut dan penyebaran wabah. Kami mengajak para donor untuk menjadi dermawan dan para pihak yang bertikai untuk melindungi pekerja kesehatan dan akses ke layanan kesehatan bagi semua yang membutuhkannya,” tegas Tedros.
Sementara itu, konflik yang pecah antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat paramiliter (RSF) pada 15 April telah menewaskan lebih dari 7.000 orang, menurut Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata.
Bulan lalu, badan bantuan Save the Children melaporkan bahwa setidaknya 498 anak di negara Afrika Utara ini, termasuk dua puluh empat bayi di sebuah panti asuhan negara, telah meninggal akibat kekurangan makanan dan penutupan pusat gizi akibat pertempuran.
Berbicara kepada wartawan di Jenewa pada hari Selasa (19/9/2023), juru bicara UNICEF James Elder memperkirakan bahwa ribuan bayi yang baru lahir akan meninggal di seluruh negara yang dilanda perang ini menjelang akhir tahun.
“Setiap bulan 55.000 anak membutuhkan pengobatan untuk bentuk malnutrisi paling mematikan, namun di Khartoum kurang dari satu dari 50 pusat gizi yang berfungsi,” ungkap Elder seperti yang dikutip oleh AFP.(res)