(IslamToday ID)—Tiongkok bersiap untuk menjadi tuan rumah KTT Belt and Road Initiative (BRI) yang dihadiri oleh perwakilan dari 130 negara.
Namun, pertemuan ini diperkirakan akan terjadi di tengah ketegangan global yang meliputi perang Israel-Gaza dan konflik berkepanjangan di Ukraina.
Salah satu sorotan utama dalam pertemuan ini adalah kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Ini adalah kunjungan pertamanya ke salah satu kekuatan global utama sejak invasi Rusia di Ukraina pada Februari 2022 yang membuat pemerintahannya terisolasi secara internasional, bahkan hingga ke pengadilan internasional.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapannya.
Para pemimpin negara telah mulai tiba di Beijing pada hari Senin (16/10/2023) untuk memamerkan dampak global dari proyek BRI, inisiatif ekonomi yang menjadi tanda tangan Presiden Xi Jinping.
Meskipun Tiongkok berharap pertemuan ini akan membantu meningkatkan posisinya sebagai kekuatan global utama, serangan terus-menerus Israel terhadap Gaza yang dikuasai oleh Hamas diprediksi akan mendominasi pemberitaan selama pertemuan ini.
Israel menyatakan perang melawan Hamas setelah para pejuangnya meluncurkan serangan mendadak pada Israel pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, dan juga menawan beberapa orang.
Serangan terus berlanjut di Gaza, dengan wilayah-wilayah hancur dan lebih dari satu juta orang telah meninggalkan rumah mereka dengan harapan bahwa Israel akan segera meluncurkan serangan darat.
Dilansir dari Al Jazeera, Senin (16/10/2023), setidaknya 2.670 orang telah tewas di Gaza.
Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, telah mengutuk tindakan Israel yang dianggap “melebihi batas dalam bela diri” dan meminta agar kekerasan segera dihentikan.
Meskipun Tiongkok telah memposisikan diri sebagai pihak netral dengan menyusun rencana perdamaian sendiri berisi 12 poin, Tiongkok juga telah menolak mengutuk perang tersebut dan memberikan dukungan diplomatik dan finansial yang penting kepada Rusia.
Selain itu, hubungan erat antara Xi Jinping dan Vladimir Putin juga menjadi sorotan dalam konteks ini.
Keduanya telah menjalin hubungan yang sangat kuat dan saling mendukung, dan mereka menggambarkan satu sama lain sebagai “teman yang sayang.”
Para pemimpin yang telah tiba di Beijing sebelumnya termasuk Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, Presiden Chili Gabriel Boric, Presiden Kenya William Ruto, dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed.
Pertemuan ini akan menjadi kesempatan bagi Tiongkok untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam politik global, tetapi kehadiran Putin dan isu-isu global yang terus berlanjut akan membayangi pembicaraan dalam KTT ini.(res)