(IslamToday ID)—Filipina telah mengungkapkan tuduhan terhadap Tiongkok terkait tindakan “manuver berbahaya” yang terjadi di Laut China Selatan yang diperebutkan.
Insiden ini melibatkan pengawasan sebuah kapal angkatan laut Tiongkok terhadap sebuah kapal angkatan laut Filipina dan upaya Tiongkok untuk melintasi jalur kapal Filipina.
Dilaporkan bahwa insiden ini terjadi pada tanggal 13 Oktober di dekat Pulau Thitu, yang dikenal sebagai Pulau Pag-asa di Filipina.
Kapal angkatan laut Filipina, BRP Benguet, telah mengeluarkan peringatan radio kepada Kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Tiongkok nomor 621.
Kemudian, kapal PLAN tersebut mengawasi dengan cermat Benguet, yang tengah menjalankan misi pasokan.
Kapal PLAN bahkan mencoba untuk melintasi jalur kapal Filipina dengan jarak hanya 320 meter (350 yard), seperti yang diungkapkan oleh Angkatan Bersenjata Filipina dalam sebuah pernyataan yang mereka bagikan di Facebook.
Sebuah video yang merekam kejadian tersebut juga telah dipublikasikan.
Pulau Thitu, yang merupakan bagian dari rantai Kepulauan Spratly, diduduki oleh Filipina pada tahun 1970-an dan saat ini menjadi tempat tinggal bagi sekitar 400 orang.
Vice Admiral Alberto Carlos, Kepala Komando Barat Angkatan Bersenjata Filipina, mengungkapkan kekhawatiran serius terkait insiden tersebut.
“Manuver berbahaya ini membawa risiko besar terhadap keselamatan maritim, pencegahan tabrakan, dan nyawa manusia di laut. Tiongkok harus segera menghentikan tindakan yang tidak aman ini dan bersikap profesional dengan mematuhi hukum internasional,” ungkap Carlos, seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (16/10/2023).
Konflik di Laut China Selatan terus memunculkan ketegangan antara Filipina dan Tiongkok, yang mengklaim hampir seluruh wilayah perairan tersebut.
Pernah beberapa bulan terakhir, kedua negara telah menghadapi sejumlah insiden di dalam wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina yang mencakup jarak 200 mil laut (370 km).
Bulan lalu, penyelam dari Penjaga Pantai Filipina menghilangkan penghalang terapung yang dipasang di Shoal Scarborough.
Untuk diketahui, Soal Scarborough merupakan wilayah yang menjadi sengketa dan direbut oleh Tiongkok dari Manila setelah konfrontasi berbulan-bulan pada tahun 2012.
Jenderal Romeo Brawner, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, telah mengeluarkan seruan kepada Tiongkok untuk menghentikan “manuver berbahaya dan tindakan agresif terhadap kapal Filipina,”
Selain insiden di dekat Pulau Thitu, beberapa peristiwa juga telah dilaporkan terjadi di Shoal Second Thomas selama misi pasokan ke Sierra Madre.
Shoal tersebut terletak sekitar 195 km (121 mil) di barat laut provinsi Palawan Filipina.
Meskipun Pengadilan Permanen untuk Arbitrase di Den Haag telah memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim Tiongkok atas Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum.
Namun, Beijing terus mengabaikan keputusan tersebut dan melanjutkan perluasan dan pengembangan pos militer di perairan yang diperebutkan, serta menyebarkan senjata kelautan, milisi maritim, dan penjaga pantai untuk menegaskan klaimnya.
Selain Filipina dan Tiongkok, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim wilayah di Laut China Selatan.
Pernyataan dari pemerintah Filipina mendeskripsikan kehadiran Tiongkok di dekat Pulau Thitu sebagai “ilegal” dan menyatakan bahwa tindakan mereka melanggar hukum internasional. (res)