(IslamToday ID)—Mesir akan menjadi tuan rumah sebuah KTT yang melibatkan pemimpin Israel dan Palestina pada hari Sabtu (21/10/2023) terkait pembebasan sandera yang ditahan oleh perlawanan Palestina, demikian yang diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Turki.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengumumkan hal ini dalam konferensi pers bersama di Beirut bersama rekan sejawatnya dari Lebanon kemarin.
Fidan menyatakan bahwa “banyak negara” telah secara langsung meminta Turki untuk memastikan pembebasan warga Israel setelah operasi perlawanan di wilayah yang dikuasai Israel pada tanggal 7 Oktober.
Fidan kemudian mengungkapkan bahwa Mesir akan menjadi tuan rumah KTT terkait masalah tersebut pada hari Sabtu (21/10/2023), seperti yang dilaporkan oleh lembaga media Turki, Anadolu Agency.
Ini akan menjadi pertemuan pertama yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah terkait konflik antara perlawanan Palestina dan Israel.
Dilansir dari MEMO, Rabu (18/10/2023) bahwa pernyataan Fidan ini datang setelah kunjungannya pertama kali ke Mesir sebagai menteri luar negeri akhir pekan lalu.
Dia bertemu dengan rekan sejawatnya dari Mesir, Sameh Shoukry, di Kairo, dan bersama-sama mengajak Tel Aviv untuk memastikan akses pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang sepenuhnya terkepung.
Namun, pengumumannya datang sebelum Israel menghantam sebuah rumah sakit Palestina di Gaza yang menewaskan lebih dari 500 orang, dan saat ini belum jelas apakah pertemuan Sabtu ini akan berlangsung.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Abdullah dari Yordania membatalkan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden yang seharusnya diadakan besok setelah mendengar berita serangan udara tersebut.
Sementara Israel terus meningkatkan serangan udara di Gaza dan penduduknya, salah satu tujuannya adalah memindahkan warga Palestina di wilayah tersebut lebih ke selatan, di mana mereka berkumpul di perbatasan Rafah dengan Mesir, dengan tujuan mengusir mereka ke padang gurun Sinai Mesir.
Namun, Kairo telah memperkuat perbatasan dengan blok beton dan menolak membuka perlintasan bagi warga Gaza yang melarikan diri, sementara Israel mengatakan bahwa konvoi bantuan yang masuk ke Gaza dari Mesir akan menjadi target.
Menteri Luar Negeri Turki juga melakukan panggilan dengan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada hari Senin, di mana mereka membahas “perkembangan terakhir di Palestina dan kemungkinan pembebasan warga sipil” yang ditahan oleh kelompok tersebut, menurut pernyataan resmi dari kenterian tersebut.
Turki telah lama melakukan pembicaraan dan pertemuan diplomatik dengan sayap politik Hamas selama bertahun-tahun, tetapi ini adalah laporan pertama tentang komunikasi langsung antara keduanya sejak operasi perlawanan grup tersebut awal bulan ini.
Ini juga menunjukkan bahwa Ankara sedang memposisikan diri sebagai mediator potensial antara Israel dan Hamas, serta jaringan yang lebih luas dari pemain politik Palestina dan aspirasi untuk mendapatkan kemerdekaan negara.(res)