(IslamToday ID)—Kanselir Jerman Olaf Scholz mendarat di Nigeria pada hari Ahad (29/10/2023) sebagai bagian dari tur dua negara di Afrika Barat.
Kunjungan Kanselir ke Afrika ini dilakukan ketika Berlin sedang mencari sumber energi baru untuk beralih dari ketergantungan Moskow pada pasokan gas di tengah konflik Rusia-Ukraina.
“Nigeria memiliki cadangan gas terbesar di Afrika. Perusahaan-perusahaan Jerman tertarik dengan pasokan gas dari Nigeria dan berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan gas Nigeria,” ungkap Scholz kepada surat kabar lokal The Punch, seperti dilansir dari RT, Senin (30/10/2023)
Jerman mengakui negara dengan perekonomian terbesar di Afrika sebagai mitra utama di benua tersebut baik secara politik maupun ekonomi, dan tertarik untuk memperkuat hubungan tersebut.
Kunjungan ini merupakan bagian dari fase baru dalam kebijakan luar negeri Jerman, yang menurut legislator Partai Hijau, Anton Hofreiter, dimotivasi oleh kesadaran bahwa Berlin dan UE membutuhkan Afrika lebih dari yang mereka perkirakan sebelumnya.
“Masyarakat menyadari bahwa kami membutuhkan sekutu untuk melawan invasi Rusia ke Ukraina… Dan tiba-tiba kami menyadari bahwa mereka belum tentu berada di pihak kami… Itu adalah sebuah kebangkitan yang tidak sopan,” ungkap Hofreiter sebelum kunjungan Scholz kepada Reuters.
Nigeria adalah mitra dagang terbesar kedua Jerman di Afrika sub-Sahara, dengan total investasi langsung Jerman sebesar €150 juta ($158 juta) pada tahun 2021, menurut Scholz.
Berlin saat ini mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar dari negara tersebut, namun tidak mengimpor gas.
“Jerman mempunyai kebutuhan yang besar akan gas alam dan, di masa depan, hidrogen untuk perekonomian dan transisi energinya,” ujar pemimpin Jerman tersebut.
Lebih lanjut, Scholz juga menyerukan inisiatif bersama dengan Nigeria “untuk membangun pasar yang sesuai.”
Presiden Nigeria Bola Tinubu mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah melakukan “diskusi yang sangat mendalam” dengan Scholz mengenai investasi gas dan mendesak perusahaan-perusahaan Jerman untuk berinvestasi pada jaringan pipa di Nigeria.
“Saya tahu Jerman telah mencapai banyak kemajuan dalam melindungi lingkungan dan memodernisasi energi untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21 baik di dunia maupun di Eropa pada khususnya. Nigeria masih berkembang, namun kami bertekad untuk mengubah narasi dan mewujudkan pemerintahan transformatif di negara ini,” ungkap Tinubu.
Kelvin Emmanuel, seorang ekonom pembangunan dan pakar minyak dan gas, mengatakan kepada RT pada hari Senin bahwa akan sulit bagi Nigeria untuk menggantikan Rusia sebagai pemasok gas alam Jerman.
Hal ini disebabkan kurangnya kapasitas teknologi di negara Afrika dan masalah pencurian minyak, jelasnya.
Menurutnya, produksi gas alam dari Nigeria Liquefied Natural Gas Limited (NLNG) telah turun dari 3 miliar standar kaki kubik menjadi sekitar 1,7 hingga 1,8 miliar standar kaki kubik dalam beberapa tahun terakhir, sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasokan lokal dan internasional.
“Mengingat mereka bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhannya dan beroperasi pada kapasitas utilisasi 68%, saya bertanya-tanya dari mana mereka akan mendapatkan gasnya,” ungkapnya.(res)