(IslamToday ID)— Hillary Clinton mengatakan pada hari Kamis (9/11/2023) bahwa baik Israel maupun Palestina memerlukan kepemimpinan baru jika mereka ingin berdamai satu sama lain.
Mantan ibu negara Amerika, senator, menteri luar negeri, dan calon presiden pada tahun 2016 ini berbicara melalui tautan video di Bloomberg New Economic Forum di Singapura.
“Hamas bukanlah mitra dalam perdamaian atau solusi dua negara apa pun,” ungkap Clinton kepada pemimpin redaksi Bloomberg John Micklethwait.
Dia menambahkan bahwa perdamaian dapat dicapai oleh Otoritas Palestina di Tepi Barat dan siapa pun yang akan bertanggung jawab atas Gaza setelah perang dengan Israel.
Ketika ditanya tentang potensi Netanyahu untuk menegosiasikan solusi dua negara, Clinton menjawab, “Saya rasa tidak ada bukti mengenai hal itu. Saya pikir rakyat Israel harus memutuskan tentang kepemimpinannya.”
Clinton juga mengomentari kemungkinan gencatan senjata di Gaza,.
“hal itu akan membekukan situasi yang menguntungkan Hamas” dan oleh karena itu kemungkinan besar tidak akan diterima oleh Israel,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Kamis (9/11/2023).
Netanyahu mungkin bersedia menerima “jeda kemanusiaan” sehingga bantuan dapat menjangkau warga sipil di Gaza dan Hamas dapat membebaskan sandera yang disandera dalam serangan 7 Oktober, tambahnya.
Menurut Clinton, akan menjadi “tantangan” bagi Presiden Joe Biden untuk membuat Kongres menyetujui paket pendanaan untuk Israel dan Ukraina, namun hal ini mungkin terjadi melalui “negosiasi yang sulit.”
Senat yang mayoritas anggotanya dari Partai Demokrat telah memblokir RUU DPR yang mayoritas anggotanya dari Partai Republik yang hanya mendanai Israel, dan bersikeras pada proposal Gedung Putih yang menggabungkan keduanya – bersama dengan pendanaan untuk Taiwan dan imigrasi – sebesar $106 miliar.
Dia berbicara selama sekitar 25 menit kepada audiens yang digambarkan oleh Straits Times sebagai “pemimpin perusahaan dan pemerintahan global,” yang berkumpul di hotel Capella Singapura untuk acara tahunan tersebut.
Untuk diketahui, suami Clinton, Bill, adalah presiden dari tahun 1993 hingga 2001.
Dia kemudian menjabat dua periode di Senat AS dan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2008, kalah dalam pemilihan pendahuluan dari Barack Obama.
Sebagai hadiah hiburan, Clinton ditugaskan di Departemen Luar Negeri hingga tahun 2013, ketika dia pensiun untuk menjalankan yayasan keluarga – dan mempersiapkan pencalonan presiden yang kedua.
Dia dianggap sebagai favorit untuk menang pada tahun 2016, dan menyalahkan WikiLeaks, FBI, Rusia, dan berita palsu karena kalah dari penantangnya dari Partai Republik Donald Trump.(res)