(IslamToday ID) – Di tengah meningkatnya ketegangan terkait Taiwan, perlombaan senjata nuklir, dan tuduhan spionase, Amerika Serikat (AS) dan China telah sepakat untuk melakukan pembicaraan penting mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) di masa depan khususnya di sektor militer.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping menegaskan perlunya pembicaraan bilateral antar pemerintah untuk mengatasi risiko yang terkait dengan penggunaan sistem AI canggih dalam fungsi militer yang sensitif pada pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) minggu ini di San Francisco.
South China Morning Post (SCMP) melaporkan dengan mengutip sumber anonim bahwa Biden dan Xi berjanji akan melarang penggunaan AI dalam komando dan kendali senjata nuklir (C2) dan senjata otonom seperti drone.
Laporan tersebut menyatakan bahwa AS dan Tiongkok khawatir mengenai potensi AI yang tidak diatur untuk memicu dan meningkatkan konflik.
Oriana Skylar Mastro, peneliti di Freeman Spogli Institute for International Studies di Universitas Stanford, mengatakan dalam laporan SCMP bahwa salah satu perjanjian pertama yang harus dicapai oleh kedua belah pihak adalah menghindari otomatisasi sistem nuklir C2 dengan AI.
Mastro menunjukkan bahwa manusia saat ini menangani pengambilan keputusan dan prosedur peluncuran, meskipun dia mengatakan ada diskusi yang sedang berlangsung mengenai penggunaan AI yang mengotomatiskan bagian-bagian dari proses ini.
Namun, dia ragu Biden dan Xi akan menyetujui pembicaraan pengendalian senjata nuklir terkait AI.
Breaking Defense melaporkan bahwa meskipun rincian perundingan AI-militer antara Biden dan Xi tidak diungkapkan kepada publik, dengan kedua belah pihak merilis siaran pers yang sederhana, terdapat gerakan yang jelas menuju penetapan norma-norma penggunaan AI oleh militer, khususnya dalam senjata otonom. [sya]