(IslamToday ID) – Pemimpin Fiji Sitiveni Rabuka secara gamblang mengatakan bahwa negaranya siap menjadi tempat China membangun pelabuhan di Kalasan pasifik.
Pernyataan ini setelah bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping, ia juga berharap dapat berkolaborasi dengan China untuk mewujudkan penggalangan kapal dan pelabuhan di negaranya.
Padahal sebelumnya, Rabuka secara umum dipandang kurang condong ke arah Cina dibandingkan pendahulunya Frank Bainimarama. Dalam kunjungan ke Australia bulan lalu, Rabuka menekankan ia “lebih nyaman berurusan dengan teman-teman tradisional” seperti Australia.
Namun dalam pidatonya pada Rabu (22/11/2023), Rabuka menyoroti hubungan ekonomi yang telah dijalin negara kepulauan kecil di Pasifik Selatan ini dengan China selama lebih dari 50 tahun hubungan diplomatik.
Rabuka mengatakan dalam pertemuannya dengan Xi di sela-sela konferensi Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco pekan lalu, ia membahas bagaimana bantuan Cina sangat penting bagi pemulihan ekonomi Fiji pasca-Covid-19.
Rabuka mengatakan Inisiatif Belt and Road Initiative China selaras dengan agenda pembangunan Fiji. Ia juga mencatat dan China berkontribusi terhadap sejumlah hibah dan paket bantuan.
“Saat kami menghadapi tantangan ekonomi, diskusi sedang berlangsung untuk mengatasi krisis utang kami secara bertanggung jawab,” kata Rabuka, Kamis (23/11/2023).
Ia mengatakan fokus utama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Fiji adalah peningkatan infrastruktur secara menyeluruh, terutama fasilitas pelabuhan dan penggalangan kapal.
“Saya mengantisipasi potensi kolaborasi dengan China dalam upaya itu, mengingat pembuatan kapal China yang kompetitif secara global,” kata Rabuka.
Dalam konferensi pers harian Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan Cina dan Fiji adalah teman dan mitra yang baik, dan telah bekerja sama dalam bidang infrastruktur sebelumnya.
“Tujuannya adalah untuk mendukung negara-negara kepulauan dalam membuat kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya dan mencapai pembangunan dan kemakmuran,” kata Mao.
Langkah ini dilakukan ketika China ingin memperluas pengaruhnya di Pasifik. Tahun lalu, China gagal dalam upaya ambisius untuk membuat 10 negara kecil di Pasifik menandatangani kesepakatan yang mencakup segala hal, mulai dari keamanan hingga perikanan.
Upaya ini dilakukan segera setelah Kepulauan Solomon menandatangani pakta keamanan dengan Cina. Langkah yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh Pasifik. [sya]