(IslamToday ID) – Menjelang dilancarkannya serangan terhadap Hamas, sebuah laporan pada Senin (22/4/2024), menyebut bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai bersiap untuk mengevakuasi warga sipil Palestina dari kota paling selatan Gaza di Rafah.
Mengutip para pejabat Israel dan Mesir, Wall Street Journal melaporkan, rencana Israel memperkirakan dua hingga tiga minggu pertama operasi tersebut akan mencakup evakuasi warga sipil, berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS), Mesir, dan negara-negara Arab lainnya.
Mengutip dari berbagai sumber, evakuasi tersebut dilaporkan akan melibatkan pemindahan warga sipil ke kota terdekat Khan Younis, di antara daerah lain di Gaza.
Di sana, Israel disebut akan mendirikan tempat berlindung dengan tenda, makanan, dan fasilitas medis.
Para pejabat mengatakan, IDF akan secara bertahap memindahkan pasukan ke Rafah dan menargetkan daerah-daerah yang diyakini para pemimpin dan agen Hamas bersembunyi.
Israel mengatakan, Rafah yang merupakan tempat empat batalyon Hamas dikerahkan, tetap menjadi benteng besar terakhir kelompok itu di Jalur Gaza, setelah IDF beroperasi di utara dan tengah wilayah kantong Palestina.
Israel juga meyakini banyak dari 129 sandera yang diculik pada 7 Oktober 2023, ditahan di Rafah.
Pada kesempatan berbeda, para pejabat Mesir mengatakan, pertempuran di Rafah diperkirakan akan berlangsung setidaknya enam minggu, meski waktu operasinya masih belum pasti.
Sebelumnya, Pemerintahan Joe Biden telah berulang kali menyatakan penolakannya terhadap invasi massal IDF ke Rafah.
“Kami rasa tidak ada cara efektif untuk mengevakuasi 1,4 juta warga Palestina,” ,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dikutip Selasa (23/4/2024).
“Tidak mungkin melakukan operasi di Rafah yang tidak menimbulkan kerugian besar bagi warga sipil dan menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan,” lanjutnya.
Dalam komentar terbarunya, Miller menolak anggapan adanya kemungkinan bahwa AS dapat mendukung invasi besar-besaran di Rafah.
“Kami ingin melihat orang-orang dapat meninggalkan Rafah untuk kembali ke rumah mereka – jika memang ada – dan ke lingkungan mereka serta mulai membangun kembali rumah mereka.”
“Kami ingin melihat masyarakat Palestina di Gaza memulai kembali kehidupan mereka dan membangun kembali kehidupan mereka dan pada akhirnya mengakhiri konflik ini,” ujar Miller. [ran]